Pada zona ini masih mungkin terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.
Karenanya, berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, PVMBG menilai calon lahan relokasi itu masih kurang layak sebagai lahan relokasi. Pembangunan di lokasi itu diperkirakan memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengupasan lereng dan rekayasa lainnya.
Kronologi dan Riwayat Tanah Bergerak di Kampung Cigombong
Tanah bergerak di Kampung Cigombong RT 03 dan 04 RW 13, Desa Cibedug. Berdasarkan informasi dari perangkat desa, retakan tanah mulai muncul pertama kali di SDN Babakan Talang 01 pada Ahad, 18 Februari 2024 dengan lebar 20-25 sentimeter. Retakan itu segera ditutup oleh warga setempat dengan tanah.
Namun, lebar retakan terus bertambah dan memanjang hingga terjadi nendatan atau tanah yang merosot. Pergeseran signifikan pada Kamis, 29 Februari 2024.
Hingga Senin 4 Maret misalnya, rekahan tanah telah bergerak dengan lebar bervariasi 2,0–2,5 meter dan pada bagian mahkota bagian atas turun mencapai 3,5 sampai 4,0 meter. Retakan sudah membentuk pola longsoran dan tapal kuda yang sangat jelas.
Jenis bencana tanah bergerak, menurut PVMBG, awalnya berupa rayapan atau gerakan tanah tipe lambat. Kemudian berkembang menjadi longsoran rotasional dengan bidang gelincir dalam.
Lokasi bencana berada di daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng 10–30 derajat di ketinggian 940–980 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan observasi di lokasi kajian, batuan tersusun secara umum oleh perselingan batu lempung, batu lanau, dan batu pasir dengan kondisi batuan cukup lapuk.
Tanah bergerak mengakibatkan empat rumah rusak, 20 rumah terancam, dan 47 keluarga atau 151 jiwa mengungsi di Kantor Kecamatan Rongga. Adapun fasilitas umum yang terdampak yaitu sebuah posyandu, musala, SDN Babakan Talang 1 yang 8 ruangannya rusak berat, kemudian memutus jalan desa dan jalan lingkungan.
Faktor penyebabnya terkait dengan karakter batuan berupa perselingan batu lempung, batu lanau, dan batu pasir, dimana batu lempung bersifat kedap dan meloloskan air serta dapat berperan sebagai bidang gelincir.
Diketahui pula kemiringan batuan searah dengan kemiringan lereng dan berada pada sayap lipatan sehingga batuan menjadi lebih rapuh. Selain itu, sistem drainase dan arah aliran air dari Lapangan Merah mengarah ke area longsoran.
Sedangkan pada bagian bawah sebelumnya merupakan daerah tambang pasir sehingga tahanan lereng berkurang. Temuan lain yaitu retakan-retakan yang muncul di lereng, erosi Sungai Cidadap di bagian bawah lereng, dan curah hujan yang tinggi sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah.
Pilihan Editor: Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan 8 Orang Korban