TEMPO.CO, Jakarta - Banjir merendam sedikitnya 80 rumah di Kampung Sepaku, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Sebelumnya pakar klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Erma Yulihastin, memprediksi adanya peningkatan curah hujan di wilayah Kalimantan pada pertengahan Juni 2024.
Kampung Sepaku berada di kawasan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Hujan dengan intensitas lebat pada Minggu malam, 23 Juni 2024, membuat area ini terendam banjir dengan ketinggian airnya mencapai dua meter. Curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut salah satunya dipicu aktivitas BSISO atau Boreal Summer Intraseasonal Oscillation.
Erma menjelaskan, BSISO dikenal dengan fenomena penjalaran gelombang intra musiman yang berkaitan pada aktivitas musim panas di Asia. Fenomena ini membuat peningkatan curah hujan walaupun musim kemarau sedang terjadi. "Artinya secara sifat musim, akan mengalami hujan secara konsisten sepanjang kemarau," kata Erma saat dihubungi Tempo.
Wilayah yang paling terdampak dengan fenomena BSISO, kata Erma, di Penajam Paser Utara yang menjadi lokasi IKN, Kalimantan secara umum, dan sebagian wilayah Sumatera. Jika pemerintah ingin melakukan perayaan HUT RI ke-79 di IKN, Erma menyarankan sejak dini harus dilakukan mitigasi berupa jalur evakuasi dan sejenisnya bila terjadi banjir.
"Hal ini karena propagasi atau penjalaran BSISO yang bermula dari Samudra Hindia dan Teluk Benggala menuju ke arah timur laut, yaitu di Laut Cina Selatan melintasi Pulau Sumatera dan Kalimantan," ucap Erma menjelaskan.
Cerita Warga Sepaku Menghadapi Banjir
Warga Sepaku, Arman Jais, bercerita bahwa banjir di Kampung Sepaku disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur kawasan hulu Sungai Sepaku. Menurut Arman, air biasanya tidak langsung naik ke pemukiman warga. Namun kali ini berbeda, setelah ada bangunan Intake Sepaku.
Arman menduga pembangunan Intake Sepaku di sebelah pemukiman warga RT 03 yang kini menutup Sungai Sepaku dan sudah terbangun tembok semen melebihi jalan utama kampung memperparah banjir ini. “Sungai ditutup, jadi airnya naik,” kata Arman kepada Tempo.
Selain rumah, Arman menuturkan, banjir sekitar dua meter dari bibir sungai di wilayah ini turut menggenangi area perkampungan dan persawahan warga. Banjir di kawasan sekitar IKN, Kalimantan Timur, itu juga mulai menggenangi jalan utama.
Situasi ini pun, kata Arman, membuat sebagian warga melakukan evakuasi mandiri ke rumah kerabat. Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan kepolisian setempat masih melakukan pemantauan di lokasi banjir.
Ihwal dampak proyek Intake Sepaku, Arman mengklaim warga sudah memberi peringatan soal dampak banjir. “Tapi pihak Intake bantah, bahwa sudah dikaji. Kata mereka juga banjir tidak akan terjadi di 35 tahun ke depan,” ujarnya.
Pilihan Editor: Top 3 Tekno: Korban Seleksi Umur PPDB Jakarta, ITB Bentuk Satgas AI, Layanan Imigrasi Pindah ke AWS dari PDNS