TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Pusat Riset Vaksin dan Obat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Masteria Yunovilsa Putra mengatakan daun kratom menghasilkan efek pereda nyeri atau analgesik dari kandungan senyawa alkaloid yang utamanya adalah mitragynine dan turunannya seperti 7-hydroxymitragynine.
Berdasarkan hasil penelitiannya, pemberian ekstrak alkaloid kratom secara kronis selama sepuluh hari pada hewan percobaan menunjukkan bahwa efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.
Dari hasil temuan pada studi lain, efek morfin mengalami penurunan atau toleransi terhadap dosis analgesik pada hari kelima. “Sementara ekstrak alkaloid kratom dapat menunda efek toleransi hingga hari kesepuluh," katanya lewat keterangan tertulis di laman BRIN, Selasa 2 Juli 2024.
Merujuk studi pengikatan radioligand terbaru, kata Masteria, beberapa senyawa alkaloid dari kratom memiliki afinitas pengikatan yang lebih rendah pada reseptor mu-opioid dibandingkan dengan morfin. Dengan demikian, senyawa mitragynine dari kratom jauh lebih aman sebagai agen analgesik daripada morfin.
Sementara pada studi aktivitas analgesik secara in vivo yang dilakukan Masteria dengan menggunakan hotplate, menunjukkan bahwa ekstrak alkaloid kratom dengan kandungan senyawa mitragynine sekitar 46 persen menimbulkan efek analgesik terhadap rasa sakit akibat panas yang diinduksi oleh hotplate pada hewan percobaan, yaitu mencit.
Menurutnya, efek analgesik dari alkaloid kratom berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Ekstrak alkaloid kratom, misalnya, bisa menjadi adjuvant atau bahan tambahan untuk pengobatan kanker bersama penggunaan dosis rendah obat antikanker doxorubicin. Hasil risetnya itu terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker secara in vitro dan telah dipublikasikan di jurnal ilmiah Molecules.
Pada studi lanjutannya tentang daun kratom yang sedang dalam proses peer review journal, Masteria menemukan potensi lain dari alkaloid kratom untuk dikembangkan sebagai obat antiinflamasi karena mampu menurunkan efek samping yang biasa ditemui pada obat-obatan antiinflamasi golongan nonsteroid secara in vitro. "Aktivitas ini ditenggarai karena adanya mekanisme dual inhibisi dari senyawa alkaloid kratom terhadap enzim yang berperan dalam proses inflamasi," katanya.
Di Indonesia khususnya di Kalimantan, kata Masteria, kratom menjadi komoditas penting bagi petani lokal. Ekspor daun kratom ke mancanegara memberikan pendapatan yang signifikan. Dalam bidang kesehatan, kratom memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk bahan baku obat. Namun demikian, penggunaan ekstrak dari alkaloid kratom dalam dosis tertentu diindikasikan dapat memberikan efek samping.
Kratom, atau dikenal dengan nama ilmiah Mitragyna speciosa, telah lama digunakan oleh masyarakat di beberapa wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk pengobatan tradisional. Daun kratom dipercaya memiliki efek analgesik, stimulan, dan dapat membantu mengatasi kecanduan opioid. Menurut Masteria, opioid adalah sekelompok obat yang bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek pereda nyeri dan euforia. "Sebagian besar opioid menghasilkan efek analgesik, dengan mengaktifkan reseptor mu-opioid,” ujarnya.
Namun begitu, penggunaan beberapa senyawa opioid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping yang merugikan, seperti toleransi terhadap dosis analgesik, depresi pernapasan dan konstipasi alias sembelit. Banyak juga pengguna yang melaporkan bahwa daun kratom membantu mereka mengatasi rasa sakit kronis, kecemasan, dan depresi.
Selain itu, kratom juga disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan obat-obatan opioid yang dapat menyebabkan ketergantungan parah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa senyawa pada kratom memiliki potensi menyebabkan efek samping seperti mual, kejang dan lain sebagainya. Karena itu, menurut Masteria, diperlukan regulasi yang tepat. “Tanpa mempengaruhi mata pencaharian para petani dan memberikan efek negatif pada masyarakat,” katanya.
Dia mengatakan perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut dan dialog terbuka antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat. Tujuannya untuk menghasilkan kebijakan yang adil dan bijaksana terkait penggunaan dan pengembangan daun kratom.
Pilihan Editor: Siapa Brain Cipher dan Bagaimana Kelompok Ini Menyerang PDNS dengan Ransomware?