Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Unhan Teliti Gandum, Pakar di BRIN Beberkan Riset yang Sudah Ada dan Hasilnya

image-gnews
Tanaman gandum. REUTERS/Vincent Kessler
Tanaman gandum. REUTERS/Vincent Kessler
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat menjalin kerja sama dengan Universitas Pertahanan (Unhan) mengembangkan penelitian tanaman gandum untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Disebutkan kalau jenis tanaman pangan itu memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan di daerah tropis, terutama dataran menengah dan dataran tinggi. 

Saat dimintai tanggapannya, pakar pertanian di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Heny Herawati mengatakan sebaliknya: potensi gandum Indonesia tidak besar. Alasannya, Indonesia bukan negara tropis yang sesuai untuk budidaya tanaman gandum. 

Menurut Heny, butuh riset lebih lanjut untuk pemuliaan tanaman dan pencarian bibit gandum yang sesuai untuk ditanam di Indonesia hingga produktivitasnya bisa menyamai potensi produksi gandum yang ada di negara subtropis. Secara umum, disebutkannya, gandum tumbuh dengan baik di wilayah dengan temperatur berkisar 10-25 derajat Celsius dan curah hujan 350-1.250 mm per tahun. 

"Gandum dapat tumbuh di wilayah tropis seperti Indonesia, namun hanya jenis gandum spring yang dapat memberikan hasil panen cukup baik," kata Heny saat dihubungi, Jumat 2 Agustus 2024.

Heny menjelaskan, gandum dapat berkembang sangat baik di daerah dengan suhu yang rendah untuk merangsang pembungaan. Biasanya, kriteria wilayah seperti itu berada di dataran tinggi dengan elevasi di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. 

Itu sebabnya, Heny menjelaskan, gandum tak langsung menjadi tanaman penting dalam sistem usaha tani saat diperkenalkan di Indonesia pada awal abad ke-18. Kemudian pada 1981, kata Heny, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan uji adaptasi plasma nutfah gandum dari berbagai negara.

Hasilnya, beberapa di antaranya menunjukkan daya adaptasi pada lahan dataran tinggi--sekalipun di dataran tinggi gandum harus bersaing dengan tanaman hortikultura yang nilai ekonominya lebih tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Balitbangtan juga meneliti varietas unggul gandum. Hasilnya adalah varietas Nias dan Timor yang telah dilepas pada 1993, varietas Selayar pada 2003, dan varietas Dewata pada 2004. "Keempatnya merupakan varietas gandum dataran tinggi dengan rata-rata hasil masing-masing 2,0 ton/ha, 2,0 ton/ha, 2,95 ton/ha, dan 2,04-2,96 ton/ha," tutur Heny.

Balitbangtan juga pernah merintis konsorsium penelitian gandum bersama beberapa perguruan tinggi dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Dari konsorsium itu dilepas varietas unggul gandum Guri-1 dan Guri-2 pada 2013, lalu pada tahun 2014 dilepas varietas Guri-3 Agritan, Guri-4 Agritan, Guri-5 Agritan, dan Guri-6 UNAND.

Potensi hasil dari keenam varietas tersebut lebih tinggi yaitu masing-masing 7,4 ton/ha, 7,2 ton/ha, 7,5 ton/ha, 8,6 ton/ha, 5,1 ton/ha, dan 5,3 ton/ha. "Tidak hanya itu, varietas Guri-5 Agritan dan Guri-6 UNAND juga adaptif di dataran sedang," ucap dia.

Namun, Heny juga mengungkap beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia. "Berdasarkan hasil informasi di lapangan, produktivitas gandum masih cukup rendah apabila dibandingkan ditanam di negara yang beriklim tropis."

Pilihan Editor: Gagalkan Penyelundupan yang Lebih Besar Tahun Ini, KKP Sebut Benih Bening Lobster Seperti Narkoba Hidup

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

48 menit lalu

Peternakan hewan di sekitar Sungai Citarum. Dok. Humas BRIN
BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.


Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

14 jam lalu

Ilustrasi hujan. Pexels/Bclarkphoto
Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.


Update dari Perang Rusia-Ukraina: Kapal Gandum Diserang, Rudal Storm Shadow Bakal Beraksi?

15 jam lalu

Para pejabat Pusat Koordinasi Gabungan memeriksa biji-bijian dari Ukraina yang diangkut kapal kargo Razoni berbendera Sierra Leone selama inspeksi di Laut Hitam di lepas pantai Kilyos, dekat Istanbul, Turki, 3 Agustus 2022. Kementerian Pertahanan Turki/Handout via REUTERS
Update dari Perang Rusia-Ukraina: Kapal Gandum Diserang, Rudal Storm Shadow Bakal Beraksi?

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa sebuah rudal Rusia menghantam kapal Ukraina yang membawa gandum di Laut Hitam.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

1 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.


BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

1 hari lalu

Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024.  Indonesia menempati urutan kelima dunia sebagai negara pembuang sampah plastik ke laut dengan volume 56,333 ton. TEMPO/Subekti.
BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.


Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

1 hari lalu

Gempa mengguncang Selat Sunda, Banten, pada Rabu, 10 Mei 2023 pukul 11.24.49 WIB. (BMKG)
Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

Edaran dibuat meski wilayah Kabupaten Bekasi tak berbatasan dengan perairan Selat Sunda ataupun laut selatan Jawa, lokasi zona gempa megathrust


Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

2 hari lalu

Sejumlah pekerja melakukan pensortiran berbagai jenis sampah plastik yang dapat didaur ulang di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Minggu, 18 Agustus 2024. TEMPO/Imam Sukamto
Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

Setiap tahun, lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut. BRIN mendorong pengembangan riset dan penguatan regulasi untuk menanganinya.


Hujan Malam Ini di Jabodetabek, Mungkinkan Capai GBK yang sedang Gelar Timnas Vs Australia?

2 hari lalu

Ilustrasi hujan. (REUTERS/Zoran Milich)
Hujan Malam Ini di Jabodetabek, Mungkinkan Capai GBK yang sedang Gelar Timnas Vs Australia?

Hujan lebat telah mengguyur sebagian wilayah Jabodetabek pada Selasa sore hingga memasuki malam ini, 10 September 2024.


Ide Awal Tim Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah

5 hari lalu

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Ide Awal Tim Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah

Tim mahasiswa UGM menciptakan inovasi dengan memanfaatkan limbah gigi dan tulang hewan sebagai filter air limbah yang diolah menjadi air irigasi sawah


Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

6 hari lalu

Spesies anggrek Dendrobium sagin, satu di antara delapan spesies baru tumbuhan yang ditemukan di Indonesia sepanjang 2020 lewat penelitian kolaborasi LIPI. (LIPI/REZA SAPUTRA)
Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

Total anggrek Indonesia yang sudah dievaluasi IUCN Red List baru sebatas 230 spesies. Padahal, Indonesia memiliki hingga 4.200 spesies anggrek.