TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi melarang masyarakat beraktivitas dalam radius 4 kilometer (Km) dari kawah Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Area tersebut ditetapkan sebagai sebagai zona bahaya, mengingat Gunung Ibu meletus hingga enam kali berturut-turut pada pagi hingga siang kemarin Jumat, 2 Agustus 2024.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengatakan erupsi beruntun itu memiliki amplitudo maksimum 28 milimeter. "Masyarakat dan wisatawan diminta untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 4 kilometer, serta perluasan sektoral berjarak 5 Km," katanya melalui siaran pers, pada hari guncangan bertuntun tersebut.
Pada Jumat pagi, pukul 09.41 WIB, Gunung Ibu meletus dengan amplitudo maksimum 28 milimeter (mm). Erupsi yang tergolong besar ini terjadi selama 2 menit 11 detik. Hasilnya adalah hembusan abu setinggi sekitar 1,5 Km ke udara, bila dihitung dari kawah aktif.
Hanya berselang tiga jam dari erupsi pertama, Gunung Ibu kembali meletus dengan amplitudo maksimum 9-24 milieter selama 2 menit 13 detik. Saat itu tinggi kolom abunya teramati 1,5 Km. Adapun sisa erupsi selanjutnya tercatat mulai pukul 12:30 WIT hingga 15:38 WIT, dengan amplitudo berkisar 8-13 mm. Durasi beberapa letusan terakhir tak lebih dari 100 detik.
Merujuk laporan posko pemantau Desa Tokuoko, Badan Geologi masih menetapkan Gunung Ibu dalam status level III atau siaga. Gunung Ibu merupakan gunung api setinggi 1.340 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, gunung ini masuk dalam wilayah Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), bagian dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya MIneral, meminta mengawasi Kawasan Rawan Bencana (KRB), area yang rentan terhadap banjir lahar dingin.
“Karena lokasi desa yang beririsan dengan aliran sungai dari hulu Gunung Ibu juga harus diwaspadai,” tutur Wafid.
Dari hasil analisa geologi, terdapat 300-500 ribu meter kubik material yang berpotensi melimpas dari bukaan kawah Gunung Ibu. Limpasan tersebut berisiko terhadap sungai dan area perkebunan yang berbentuk lembah.
Pilihan Editor: Marak Pasien Anak Cuci Darah, Menkes: Orang Indonesia Suka Gula