TEMPO.CO, Jakarta - Panjat tebing atau sport climbing membutuhkan kecerdasan atau kemampuan kognitif dan kemampuan eksploratif untuk mencapai garis finis lebih cepat. Atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo, berhasil menaklukkan Olimpiade Paris 2024 dan meraih medali emas nomor speed putra dalam cabang olahraga tersebut.
Panjang tebing baru diresmikan menjadi bagian dari Olimpiade pada 2020 di Tokyo, Jepang. Sebelumnya, di Asian Games 2018, cabang olahraga ini sebelumnya diperkenalkan sebagai demonstrasi. Kemenangan Veddriq pada Olimpiade Paris 2024 tentu menjadikan Indonesia semakin bersinar di kancah internasional.
Disadur dari pelbagai literatur ilmiah yang dikutip Frontiers, Jumat, 9 Agustus 2024, disebutkan bahwa kecerdasan kognitif mampu membawa atlet panjang tebing menuju puncak kemenangan mengalahkan para lawannya. Kecerdasan kognitif diartikan sebagai kemampuan otak dalam berpikir, memahami, belajar dan memecahkan masalah dalam waktu yang singkat.
Kecerdasan kognitif yang stabil, memungkinkan seorang atlet untuk menggunakan otaknya dengan efektif dalam berpikir. Misalnya menganalisis risiko, strategi dan tindakan yang harus dilakukan saat berlaga di kancah olimpiade, termasuk saat laga adu cepat panjat tebing setinggi 15 meter.
Literatur ilmiah yang diterbitkan Jones dan Sanchez pada 2017, mendalilkan bahwa kecerdasan kognitif menjadi penentu dalam memecahkan masalah dan mengingat pola rintangan dalam olahraga panjat tebing. Otak akan secara cepat merespons visual dalam ingatannya dan memberi sinyal pada tubuh untuk meletakkan tangan serta kaki pada tumpuan yang kuat dengan cepat.
Olahraga panjat tebing sangat bergantung pada pijakan awal saat memulai pertandingan. Jika atlet salah dalam mengambil rute di awal, maka dia akan kehabisan waktu dan kesulitan menggapai pijakan lainnya, akhirnya atlet itu tidak akan bisa sampai ke puncak dengan cepat.
Atlet panjat tebing perlu mengembangkan strategi interpretasi rute, sebelum melakukan pendakian dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mereka. Strategi interpretasi rute dapat dioptimalkan lewat keterampilan kognitif yang dimiliki sang atlet.
Sanchez pada penelitian yang dilakukannya juga menyebut kalau para ilmuwan beranggapan kesalahan pratinjau rute akan membawa atlet panjat tebing ke jurang kekalahan. Kondisi fatalnya bisa terjatuh atau cedera akibat salah mengambil pijakan pada tumpuan panjat tebing. Waktu pun terbuang.
Selain keterampilan kognitif, atlet panjat tebing diharuskan pula untuk mempunyai perilaku eksploratif dalam membayangkan rute pendakiannya. Semakin banyak latihan dan gaya yang bisa dieksplor, maka membuat atlet mempunyai peluang menang lebih banyak ketimbang pemain baru.
Ihwal Veddriq di Olimpiade Paris 2024, kemenangan hanya berseliih 0,02 detik dengan Wu Peng dari Cina yang meraih medali perak. Veddriq mencatat waktu 4,75 detik untuk meraih medali emas tersebut. Keberhasilan ini membuat Veddriq memenangkan medali emas pertama bagi Indonesia di Paris 2024.
Pilihan Editor: Ada Udara Kabur di Prakiraan Cuaca BMKG, Ini Penjelasannya