TEMPO.CO, Jakarta - Rabu, 24 Juli lalu menjadi hari yang tak terlupakan bagi Ravidho Ramadhan. Pria kelahiran Teluk Balengkong, Indragiri Hilir, Riau, ini berhasil meraih gelar doktor dalam bidang fisika di usia yang sangat muda, yakni 26 tahun. Prestasinya ini membuatnya dinobatkan sebagai doktor termuda dan tercepat di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
Lebih membanggakan lagi, Ravidho berhasil menuntaskan studi S3-nya dengan IPK sempurna 4.00. Penelitian disertasinya yang berjudul "Validasi dan Pemanfaatan Data Satelit Global Precipitation Measurement untuk Analisis Curah Hujan dan Bencana Hidrometeorologi di Indonesia" berhasil mendapatkan apresiasi dari para pembimbing, yaitu Dr. rer. nat. Wiwit Suryanto (Promotor), Prof. Sholihun (Co-Promotor), dan Prof. Marzuki (Co-Promotor).
Keberhasilan Ravidho ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan dedikasi yang tinggi, mimpi untuk meraih gelar doktor di usia muda dapat menjadi kenyataan.
Di sebuah desa transmigrasi bernama Tunggal Rahayu Jaya, Riau, Ravidho memulai petualangan belajarnya. Dengan keterbatasan fasilitas, ia mengikuti jejak teman sebayanya untuk bersekolah. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di kampung halaman, Ravidho melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di kota kabupaten.
“Saya menyelesaikan Pendidikan S1 dan S2 pada Jurusan Fisika Universitas Andalas melalui program Fast Track sehingga dapat menyelesaikan studi S1 dan S2 selama 5 tahun,” sebutnya.
Selama program magisternya, Ravidho tertarik pada kompleksitas pola curah hujan di Sumatera. Ia memutuskan untuk mendalami variabilitas struktur vertikal curah hujan dengan menggabungkan data pengamatan permukaan dan satelit. Keputusan ini diambil karena ia melihat potensi besar dalam memahami fenomena cuaca ekstrem yang sering terjadi di wilayah tersebut.
“Tantangan ini memicu para penggiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Selama menempuh studi doktoral, Ravidho dituntut untuk mengatur waktu dengan cermat agar dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik dan pekerjaan sebagai asisten riset. Komunikasi yang terbuka dengan promotor serta pembagian skala prioritas menjadi kunci keberhasilannya. Untuk menjaga motivasi, ia kerap membaca buku pengembangan diri dan berdiskusi dengan kolega. Puncak dari perjuangannya adalah berhasilnya mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal bereputasi internasional.
“Penelitian tugas akhir saya mengambil topik validasi dan pemanfaatan data satelit Global Precipitation Measurement (GPM) untuk analisis curah hujan dan bencana hidrometeorologi di Indonesia,” ujarnya.
Dorongan terbesar yang mengantarkan Dr Ravidho meraih prestasi gemilang adalah dukungan tanpa henti dari keluarganya, terutama sang ibu yang selalu menekankan pentingnya pendidikan. Selain itu, bimbingan dari Prof Marzuki sebagai dosen pembimbing juga memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam perjalanan akademiknya. Sebagai sosok panutan bagi keluarga, Ravidho merasa termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.
“Satu hal yang saya yakini, pendidikan adalah salah satu jalan paling masuk akal untuk meningkatkan taraf hidup kita dan keluarga di masa depan,” katanya.
Pilihan Editor: Aprilia Permata Sari, Alumnus Program Fast Track Ilmu Kimia Unpad Kini berkarir di Daewoong Bio Korea Selatan