TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Gadjah Mada atau UGM memberikan pembekalan kepada 30 mahasiswa penyandang disabilitas sebelum memasuki masa perkuliahan. Kegiatan ini dilakukan agar mahasiswa baru dan mahasiswa lama mendapatkan berbagai informasi terkait pendampingan dan fasilitas pendukung untuk kelancaran selama masa studi di UGM.
Dilansir dari laman resmi UGM, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro menyatakan, Universitas Gadjah Mada menyambut dengan terbuka para mahasiswa baru UGM penyandang disabilitas, ia juga mengungkapkan, UGM terus mengalami peningkatan dalam perimaan mahasiswa baru penyandang disabilitas dari tahun ke tahun.
Pada tahun ajaran baru angkatan 2024, kata Wening, Universitas Gadjah Mada menerima 21 mahasiswa baru penyandang disabilitas. Jumlah ini meningkat dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.
“UGM memang terus meningkat dalam menerima mahasiswa baru penyandang disabilitas. Jumlah ini belum termasuk mereka yang hidden tidak melapor dengan bermacam pertimbangan dan alasan”, ujarnya di Wellbeing Center UGM Jalan Mahoni Blok C-18 Bulaksumur Yogyakarta, Jum’at 9 Agustus 2024.
Wening menyebut dengan menerima para mahasiswa baru penyandang disabilitas yang terus meningkat menunjukkan UGM memberi kesempatan yang sama kepada siapa saja karena mereka memiliki hak yang sama untuk bisa kuliah.
Lebih lanjut, Wuri Handayani, dosen Departemen Akuntansi UGM selaku Pembina Unit Layanan Disabilitas UGM mengatakan Ia bersyukur dengan pembentukan Unit Layanan Disabilitas UGM yang disahkan melalui Peraturan Rektor No. 19 tahun 2024 tentang Unit Layanan Disabilitas. “ULD ini adalah bagian dari UGM yang menyelenggarakan fungsi penyediaan layanan, pendampingan, dan fasilitas untuk penyandang disabilitas”, terangnya.
Adapun Wuri menjelaskan bentuk layanan ULD UGM diantaranya berupa asesmen yaitu melakukan analisis kebutuhan akomodasi layak. Akomodasi layak ini meliputi modifikasi dan penyesuaian yang tepat, dan yang diperlukan untuk menjamin penikmatan dan pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental bagi penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan.
“Yang biasa kita lakukan adalah pendampingan, biasanya saat-saat pendaftaran, seleksi, perkuliahan/praktikum, KKN, tugas akhir dan lain-lain. Penelitian dalam isu terkait disabilitas,” jelasnya.
Wuri juga merasa bersyukur karena di UGM ada UKM Peduli Disabilitas yang menjadi salah satu pilar dalam layanan ULD. Selain itu, ia merinci prinsip dalam memberikan layanan dan interaksi kepada para penyandang disabilitas diantaranya menempatkan mereka dalam kesetaraan (equity), menghargai (mutual respect), pengungkapan (disclosure), kerahasiaan (confidentiality), dan praktik baik (good practice).
“Karenanya kita sangat berharap teman-teman Gamada disabilitas memiliki karakter yang kuat. Percaya diri (confidence), mandiri (independent), mengomunikasikan kebutuhan (self-advocacy), kreatif dan kritis (creative and critical thinking) serta inklusif (inclusive)," imbuhnya.
Kemudian, Ketua UKM Peduli Difabel Agnia Dwi Permana menambahkan, acara meet and great untuk mahasiswa baru difabel UGM sebagai salah satu upaya untuk mensosialisasikan berbagai layanan untuk mereka, baik layanan akademis maupun layanan non-akademis.
Untuk diketahui, UKM Peduli Difabel sudah berusia 11 tahun, kata dia, dan selama itu UKM terus berusaha membantu dan menjaminan teman-teman difabel mendapatkan hak-haknya. UKM memiliki 7 departemen yang dalam perannya aktif berkolaborasi guna meningkatkan awareness bagi pemenuhan hak-hak disabilitas. “Saat ini selain menjalankan advokasi, kami menjalankan dua program ya ng terus berjalan yaitu Program Bahasa Isyarat dan program kastrat on the street,” ucapnya.
Melalui program baru kastrat on the street, ujar Agnia, UKM Difabel UGM berupaya untuk mengevaluasi berbagai fasilitas yang ada di fakultas-fakultas di lingkungan kampus UGM. “Kita mengevaluasi apakah fasilitas-fasilitas sudah aksesibel dan inklusif, khususnya yang terkait video yaitu pengambilan take video sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman difabel,” jelas Agnia.
Dalam kegiatan meet and great juga dilakukan sambung rasa antara mahasiswa dan pimpinan UGM. Tidak sedikit dari mahasiswa difabel menyampaikan berbagai permasalahan dan masukan untuk bisa ditindaklanjuti pihak universitas.
Pilihan Editor: Melalui Inovasi Bioteknologi Tanaman Hias, Aziz Purwanto Raih Gelar Guru Besar