TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, erupsi dengan letusan setinggi 700 meter, Ahad, 18 Agustus 2024, pukul 11.49 WIB.
"Saat erupsi, kolom abu vulkanik teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Ahad, 18 Agustus 2024, seperti dikutip Antara.
Menurut Mukdas, erupsi gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 115 detik.
Sebelumnya, pukul 07.54 WIB, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu juga erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak atau 4.176 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 107 detik.
Mukdas menyatakan, status Gunung Semeru berada pada Level II atau Waspada. Oleh karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, kata Mukdas, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak. Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah atau puncak gunung karena rawan bahaya lontaran batu (pijar).
PVMBG juga minta masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Pilihan Editor: Peneliti BRIN Temukan Anggrek Spesies Baru Endemik Indonesia, Aerides Obyrneana