Tanganyika, yang terdapat di perbatasan antara Tanzania di Afrika Timur dan Republik Demokratik Kongo, adalah danau terbesar kedua di dunia. "Meningkatnya suhu seiring dengan naiknya emisi gas-gas rumah kaca sejak abad lalu," kata Jessica Tierney yang mengkoordinir ilmuwan di proyek Tanganyika.
Danau-danau raksasa di Afrika seperti Tanganyika, Malawi dan Turkana di Kenya terbentuk jutaan tahun yang lalu oleh gerakan lempeng tektonik yang merobek Afrika Great Rift Valley. Saat ini sekitar 10 juta orang tinggal di sekitar Tanganyika dan hidupnya
tergantung pada danau itu untuk bahan minum dan sumber makanan.
Ahli geologi di Rhode Island Brown University menggunakan dating carbon untuk mengukur usia sedimen di dasar danau. Mereka menguji fosil mikro-organisme pada tiap lapisan untuk mengukur seberapa panas keadaan di masa lalu.
Kebanyakan studi perubahan iklim selama ini berfokus pada atmosfer, kini ilmuwan mulai mempelajari pengaruh pemanasan global di lautan dan danau. "Danau Tanganyika menjadi lebih hangat dna semakin tidak kurang produktif 90 tahun terakhir ini," tulis paper ilmiah. Kenaikan temperatur sekitar 0,9 derajat Celcius disertai penurunan volume alga.
REUTERS | UNTUNG WIDYANTO