TEMPO Interaktif, Jakarta - Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief mengatakan Indonesia membutuhkan peta mikrozonasi gempa sebagai panduan untuk mitigasi dan antisipasi.
Beberapa daerah yang mestinya segera membuat pemetaan gempa ini, menurut Andi, adalah daerah-daerah yang mengalami peningkatan potensi gempa, seperti Jakarta dan Surabaya. "Jakarta dan Surabaya memiliki banyak fasilitas dan gedung-gedung vital, sehingga perlu
mempersipkan langkah-langkah darurat," kata Andi melalui siaran persnya, hari ini.
Salah satu contoh konkrit pentingnya peta tersebut, jelas dia, adalah guncangan gempa berskala 5,8 skala richter yang berpusat sekitar 200 kilometer tenggara Jakarta hari ini. Gempa tersebut sama seperti prediksi beberapa ahli mengenai potensi tiga gempa yang dapat terjadi di Sumatera dan Jawa sepanjang 10 hingga 24 Agustus 2010.
Andi mencatat selama satu tahun terakhir, ibukota diguncang sedikitnya tiga kali gempa, yakni pada hari ini, September dan Oktober tahun lalu. Adapun Surabaya pada 9 Agustus lalu juga digoyang gempa yang berpusat di Bangkalan, Madura dengan kekuatan 5,3 skala richter.
Namun, dia menambahkan, pembuatan peta mikrozonasi harus diikuti dengan emergency plan untuk mengamankan beberapa infrastruktur penting seperti perbankan,
telekomunikasi, dan internet. Beberapa kota besar di dunia seperti Tokyo, Ankara, dan Manila, lanjut Andi, telah memiliki peta mikrozonasi gempa semacam ini.
Rini K