TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketika berusia belia, siapa sangka Steve Jobs pernah kehilangan arah. Chief Executive Officer (CEO) Apple Inc itu memutuskan untuk meninggalkan Silicon Valley pada 1972 menuju ke sebuah sekolah seni di Reed College, di Portland, Oregon. Dia pindah ke sekolah seni hanya untuk "istirahat" selama satu semester sambil bertanya pada dirinya sendiri, "apa yang kuinginkan?"
"Aku tidak tahu apa yang ingin aku lakukan dalam hidup ini dan tidak tahu apakah kuliah akan membantu saya menemukan keinginan itu," kata Jobs. "Di sini saya sudah menghabiskan seluruh uang orang tua yang telah mereka tabung selama ini. Jadi saya memutuskan untuk untuk drop out dan percaya bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja."
Keberanian meninggalkan sekolah -untuk "mengikuti kata hati anda"- adalah resep pertama dari tujuh prinsip yang diuraikan oleh Carmine Gallo dalam buku barunya, "Rahasia Inovasi Steve Jobs". Gallo, seorang pakar komunikasi adalah penulis buku best-seller "The Presentation Secrets of Steve Jobs."
Gallo menggambarkan pembaharu perusahaan teknologi itu sebagai pahlawan super yang mendobrak pemahaman mengenai kemampuan manusia untuk tidak memberikan apa yang "mereka" inginkan tetapi mewujudkan apa yang "saya" inginkan.
Salah satu tema yang sering muncul dalam buku "Rahasia Inovasi Steve Jobs" adalah kemampuan untuk berpikir beda, terbuka dan terus-menerus mempertanyakan status quo. Untuk melakukan hal ini, seseorang harus memiliki pengalaman hidup cukup yang bervariasi.
Dalam buku tersebut, Gallo juga merangkum prinsip inovasi yang selama ini menjadi rahasia kesuksesan Steve Jobs sehingga membawa nama Apple Inc. menjadi salah satu perusahaan teknologi yang diperhitungkan dan menjadi trend setter.
Prinsip-prinsip itu adalah, lakukan apa yang Anda sukai; segarkan kembali pemikiran Anda; menjual mimpi, bukan produk; katakan tidak untuk seribu macam alasan; membuat buat pengalaman yang super "gila".
PC World|Rini K