"Orang menonton film horor karena mereka ingin merasa ketakutan. Jika tidak, mereka tak mau mengulanginya," kata Jeffrey Goldstein, dosen psikologi organisasional dan sosial di University of Utrecht, Belanda. "Anda memilih jenis hiburan tertentu karena ingin hal itu mempengaruhi Anda. Ini berlaku bagi penonton film horor yang memiliki efek besar. Mereka menginginkan efek tersebut," kata Goldstein.
Orang menyukai perasaan ketakutan, bahkan mencari perasaan tersebut, karena mereka sadar tidak sedang berada dalam bahaya yang sesungguhnya. David Rudd, dekan College of Social and Behavioral Science di University of Utah, Amerika, mengatakan orang yang memahami risiko dari aktivitas tersebut sangatlah minim. Dan, karena kesadaran tersebut, mereka mengalami kegembiraan, bukan ketakutan yang sebenarnya. Inilah alasan mengapa orang menikmati beragam wahana menyeramkan di taman hiburan yang membuat jantung berdebar kencang.
Sebagian besar orang dewasa dan remaja mampu mengukur secara realistis level ancaman aktual yang menimbulkan rangsangan ketakutan bagi mereka, begitu pula level keamanannya. Misalnya, menonton film horor tidak mengandung ancaman fisik, hanya ancaman psikologis ringan, seperti mimpi buruk. Tak mengherankan bila banyak penonton yang merasa nyaman menonton film semacam itu dan memperoleh kegembiraan, bukan ketakutan.
Namun ada orang dewasa dan anak-anak yang tak dapat mengukur ancaman itu dengan tepat, bahkan menganggapnya jauh lebih tinggi daripada sebenarnya. "Orang yang takut terbang menganggap ancaman terjadinya kecelakaan dalam cara yang tidak realistis dan tidak proporsional, karena hal itu sebenarnya lebih aman dibanding mengemudi."
LIVESCIENCE | TJANDRA