Bakteri di kulit itu yang membuat keringat mengeluarkan aroma khas pada setiap manusia. Nyamuk dapat menciumnya secara akurat.
Peneliti Niels Verhulst menemukan fenomena tersebut. Menurut dia, nyamuk malaria sangat menyukai bakteri staphylococci. Sebaliknya bakteri pseudomonas tak disukai.
Intinya, semakin banyak bakteri yang ada di kulit Anda, semakin besar peluang nyamuk Anopheles untuk menghampiri Anda.
Menurut Verhulst, pada dasarnya keringat tidak mengeluarkan bau-bauan. Berbagai jenis bau itu merebak lantaran bakteri di kulit mulai melakukan aksinya.
Dalam penelitiannya Verhulst menguji bagaimana nyamuk bereaksi terhadap lima jenis bakteri kulit. Uji coba dilakukan di Wageningen dan Kenya, Afrika.
Kesimpulan yang didapat, nyamuk Anopheles tertarik pada berbagai jenis bau yang dihasilkan bakteri kulit. Hanya satu yang tak disukai, yakni pseudomonas.
Penenlitian yang dibiayai Gates Foundation ini ingin mengetahui bau seperti apa yang sangat disukai nyamuk malaria. Tujuannya untuk membuat obat nyamuk yang dapat menarik nyamuk untuk datang dan tentu saja membunuhnya.
Tapi, masalahnya, bau-bauan artifisial yang dibuat para peneliti tidak seefisien bau yang dikeluarkan keringat manusia. Meski begitu Verhulst tetap optimistis.
“Ada beberapa bau-bauan yang bekerja dengan baik. Kami terus menyempurnakannya dan melihat bau tiruan seperti apa yang paling disukai nyamuk,” katanya.
SOFTPEDIA | FIRMAN