Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gubernur Teras Narang Janji Tolak Bantuan Pengusaha Perusak Lingkungan

image-gnews
Konperensi pers Governors Climate and Forest Task Force di Palangkaraya, 20 September 2011
Konperensi pers Governors Climate and Forest Task Force di Palangkaraya, 20 September 2011
Iklan

TEMPO Interaktif, Palangkaraya - Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang berjanji menolak bantuan dari perusahaan kotor dalam skema Governor's Climate and Forest Fund (GCF Fund). "Kami akan usulkan ini jadi kriteria GCF Fund yang sedang disusun," kata Teras Narang seusai membuka Governor's Climate and Fores Task Force di Palangkaraya, Selasa (20/9).

Pertemuan 16 gubernur negara bagian dan provinsi yang memiliki hutan tropis dari Amerika Serikat, Brazil, Meksiko, Nigeria dan Indonesia itu bakal berlangsung hingga Kamis pekan ini. Salah satu materi pembahasan adalah membangun instrumen pendanaan melalui GCF Fund. Topik lain adalah menyusun kerangka kerja umum sub nasional Program REDD Plus (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).

Menurut Teras Narang lembaga dan perusahaan yang menyumbang GCF harus menjalankan kegiatannya mengikuti kaidah-kaidah lingkungan. Pabrik misalnya, harus memiliki ukuran berapa emisi yang dikeluarkan dan apa upayanya untuk mengurangi emisi karbon. Kami, ujarnya, hanya menerima uang dari pengusaha yang melestarikan dan memberdayakan masyarakat di sekitar hutan.

Pernyataan Teras Narang disampaikan menjawab pertanyaan Koran Tempo mengenai kriteria pendonor bagi GCF Fund. Maklum sejumlah perusahaan menggunakan institusi dan lembaga swadaya masyarakat, sebagai sarana mencuci aktivitasnya yang merusak lingkungan. Selain itu, para broker juga memberi janji manis kepada kepala daerah untuk ikut dalam perdagangan karbon.

Pertemuan hari pertama GCF menyepakati pembentukan sebuah fasilitas pendanaan iklim independen yang baru, yaitu Dana Hutan dan Iklim Gubernur atau “Dana GCF.” Fasilitas ini bertujuan mendukung implementasi Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+) di negara bagian dan propinsi GCF. Pemerintah Amerika Serikat memberikan dana awal $1,5 juta dari pendanaan multi-juta dolar. 

"Kami melihat ini sebagai sebuah contoh lain dari kepemimpinan GCF yang tidak hanya dalam memajukan pendekatan-pendekatan inovatif negara bagian terhadap REDD+ namun juga kepemimpinan di bidang pendanaan iklim,” kata William Boyd, Penasehat Senior GCF dari Universitas Colorado.

Teras Narang mengklaim dana GCF merupakan fasilitas pertama di dunia dimana donor publik dan swasta serta investor dapat secara langsung mendanai upaya-upaya REDD+ negara bagian dan propinsi di banyak negara. 

Skema ini menyediakan peluang kemitraan yang unik untuk membantu mengembangkan jalur-jalur baru menuju pembangunan rendah emisi. "Sambil tetap mengedepankan prioritas masyarakat lokal pengguna hutan untuk  meningkatkan standar hidup mereka dan akses mereka ke pendidikan dan layanan kesehatan," katanya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini peluang pendanaan bagi negara bagian dan provinsi masih terbatas. Dana GCF dikembangkan untuk mengatasi kesenjangan ini lewat pembentukan sebuah fasilitas pendanaan independen senilai $6 juta untuk mempromosikan pengembangan program-program REDD+. 

Pada Agustus 2011, Pemerintah Amerika Serikat menjadi penyokong dana awal untuk Dana GCF lewat komitmen pendanaan sebesar $1,5 juta untuk mendukung peningkatan kajian stok karbon hutan. 

Dana GCF sedang mencari tambahan dana sebesar $4,5 juta untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung dan direncanakan untuk periode 2012-2013. Dana ini untuk perhitungan karbon hutan, program-program pengembangan model-model pembagian manfaat dan kegiatan-kegiatan pendukung implementasi REDD+

Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kopenhagen pada Desember 2009, mendukung mekanisme REDD plus. Pada Copenhagen Accord, negara-negara maju berjanji menyediakan mobilisasi dukungan dana US$ 30 juta per tahun untuk periode 2010-2012 dan sebesar US$100 juta per tahun di tahun 2020. 

Selain dari multilateral, ada pula dana dari kerja sama bilateral. Indonesia sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Norwegia yang menjanjikan dana satu miliar dolar AS di sektor kehutanan.

UNTUNG WIDYANTO 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

1 hari lalu

Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). TEMPO/Martin Yogi Pardamean
BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

BNPB menekankan pentingnya diversifikasi dan upaya penanggulanan bencana yang berkelanjutan.


Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat menyambut langsung kedatangan Yang Teramat Mulia Bapa Suci Paus Fransiskus dalam Misa Suci yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

Paus Fransiskus mengakhiri lawatan ke Asia Tenggara dan Oseania selama 12 hari.


Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

6 hari lalu

Penjabat Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin, melakukan penanaman mangrove di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, pada Sabtu, 7 September 2024. Foto/ANTARA-Humas Pemprov Sulbar
Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

Selain menjadi bagian peringatan hari jadi Sulawesi Barat ke-20, kegiatan penanaman mangrove ini untuk menyokong wisata dan gerakan perubahan iklim.


Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

7 hari lalu

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani saat bertemu dengan Paus Fransiskus dalam acara dialog lintas iman, Kamis, 5 September 2024/Foto: Instagram/Sri Mulyani
Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10 persen pada 2025.


Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

9 hari lalu

Senior Minister and Coordinating Minister for National Security H.E Teo Chee Hean menyampaikan paparan saat menjadi keynote speaker dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Paparan tersebut mengangkat terkait dengan ASEAN Sustainability Pathways. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

Menhan Singapura menilai untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tindakan kolektif dan konsisten dari semua pemangku kepentingan


Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

10 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai acara di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

Presiden Jokowi kembali menyoroti tantangan berat dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Apa katanya?


Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

12 hari lalu

Anomali Harga Gabah di Musim Kemarau BPS melaporkan penurunan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar 1,15% pada Agustus 2024, di tengah tantangan El Nino dan kemarau panjang. Dok. Kementan
Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

Penurunan harga beras sebagian besar disebabkan oleh beberapa wilayah sentra yang tengah memasuki masa panen raya. Sementara itu, kenaikan harga di sejumlah daerah umumnya terjadi di wilayah yang tidak sedang dalam masa panen.


Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

16 hari lalu

Seorang petani menunjukkan tanaman padi berumur sekitar satu bulan mati akibat kekeringan di area persawahan Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa 30 Juli 2024. Sebagian sawah petani di Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo dan Kecamatan Samatiga mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

Koalisi Masyarakat Sipil mendorong pemerintah menjadikan momentum penyerahan dokumen kontribusi iklim dalam SNDC sebagai upaya koreksi komitmen iklim.


Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

16 hari lalu

Asap dan api dari kebakaran hutan menjadi latar belakang rumah-rumah di seberang Danau Okanagan di West Kelowna, British Columbia, Kanada, 17 Agustus 2023. REUTERS/Dan Riedlhuber
Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

Kuantifikasi emisi karbon dari kebakaran hutan ekstrem di Kanada pada tahun lalu tersebut dilakukan lewat kajian tim di Laboratorium Propulsi Jet NASA


Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

16 hari lalu

Paus Fransiskus mengadakan audiensi umum mingguan di Vatikan, Rabu, 28 Agustus 2024. REUTERS/Ciro De Luca
Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

Paus Fransiskus akan menempuh perjalanan sejauh 33.000 km untuk mengunjungi empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.