TEMPO.CO, Queensland - Para peneliti mengungkapkan bahan obat penahan sakit terbaru berasal dari racun tarantula hijau Peruvia. Kelak diharapkan obat sintetis tersebut dapat menggantikan obat opioid yang memiliki efek samping berbahaya.
"Bahan ini bisa menjadi alternatif yang lebih efektif, juga tak menimbulkan ketergantungan," kata Ketua Tim Peneliti Sónia Troeira Henriques dari University of Queensland, Australia, seperti dilansir dari IFL Science, 29 Februari 2016.
Peneliti masih memeriksa cara kerja bahan ini untuk menjadikannya obat sintesis. Bahan yang dimaksud adalah molekul peptid bernama ProTx-II. Dalam penelitian sebelumnya, bahan ini mampu mengikat saraf reseptor rasa sakit atau nosiresepteor Nav 1.7.
Namun mereka belum mengetahui mekanisme interaksi ProTx-II dengan membran saraf hingga dapat mempengaruhi reseptor ini. Sejauh ini peneliti menggunakan teknik analisis resonansi medan magnet nuklir untuk membuat representasi tiga dimensi dari peptid tersebut.
Dengan cara itu, mereka berhasil memaparkan karakteristik dan detail struktur peptid, sekaligus mengidentifikasi kunci pengikat yang berinteraksi dengan membran saraf. Untuk melihat cara interaksi ini terjadi dalam kehidupan nyata, Henriques memanfaatkan pelacak fluoresens.
Dari pelacak itu mereka melihat cara ProTx-II mengakses nosiseptor Nav 1.7. "Di sini membran sel berperan besar. Secara garis besar, membran sel saraf menarik peptid ke jaringan saraf penerima rasa sakit dan mengunci peptid di lokasi yang tepat untuk memaksimalkan interaksinya," tuturnya.
Obat penahan sakit yang baru akan dibuat meniru interaksi sel ini. Selama ini, opioid merupakan obat penahan sakit yang paling populer. Meski efektif, ia dapat mengakibatkan kecanduan, juga efek samping tak diinginkan, seperti pusing dan masalah pernapasan.
IFL SCIENCE | URSULA FLORENE