TEMPO.CO, Denpasar - Sebuah pameran bertajuk “Kita, Austronesia, dan Gambar Cadas Prasejarah di Indonesia” digelar di Bentara Budaya Bali, yakni di Gianyar. Pameran yang dibuka pada, Senin, 18 Juli 2016, dan ditutup pada 20 Juli 2016 itu merupakan bagian dari acara International Symposium on Austronesian Diaspora.
Pameran yang digelar Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) serta Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini menampilkan artefak-artefak hasil penelitian, replika, poster, dan gambar-gambar lukisan gua prasejarah.
Baca juga:
Tak sekadar sebuah perhelatan keilmuan, pameran ini mengajak publik sadar terhadap kekayaan Nusantara. "Yang ada di acara ini semuanya merupakan akar peradaban Indonesia," kata Kepala Puslit Arkenas I Made Geria.
Selain pameran, digelar simposium internasional yang mengusung tema Diaspora Austronesia di Ayodya Resort, Nusa Dua, Bali, 18-23 Juli 2016. Simposium internasional ini diikuti 200 peserta dari 19 negara. Sebanyak 45 orang di antaranya merupakan pakar di bidang Austronesia dari berbagai disiplin ilmu, seperti arkeologi, antropologi, sejarah, geologi, geokronologi, paleiklim, paleogeografi, paleoantropologi, linguistik, dan genetika.
Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa, mencakup 1.200 bahasa yang dituturkan oleh populasi setengah kawasan dunia, mulai Madagaskar di ujung barat bumi hingga Kepulauan Paskah di ujung timur Pasifik, dari Taiwan dan Mikronesia di batas utara sampai Selandia Baru di batas selatan.
"Inilah rumpun bahasa dengan sebaran terluas sebelum terjadi kolonialisasi Barat menjangkau berbagai bagian dunia," ujar Made Geria.
ROFIQI HASAN