Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Kapal Riset Fridtjof Nansen, Pernah datang ke Indonesia

Reporter

Editor

Amri Mahbub

image-gnews
Nansen Penjelajah Samudra Hindia
Nansen Penjelajah Samudra Hindia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Fridtjof Nansen, ilmuwan asal Norwegia, diabadikan menjadi nama kapal riset Norwegia. Bahkan, kapal riset tersebut pernah menyambangi Indonesia, tepatnya pada 27-28 Juli 2015.

Saat itu, kapal riset Fridtjof Nansen akan melakukan ekspedisi mengarungi bagian selatan Samudera Hindia untuk mempelajari ekosistem laut dan perikanan di kawasan tersebut. Kapal yang dikenal sebagai Nansen Vessel yang dioperasikan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) ini memulai perjalanannya dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

"Tujuan besar ekspedisi ini seputar ketahanan pangan global, khususnya dari sektor perikanan," kata Mark Smulders, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, saat meresmikan misi ekspedisi di Tanjung Priok, seperti dikutip dari Koran Tempo edisi 2 Juli 2015. Dalam sambutannya, dia menekankan bahwa sektor perikanan dapat dikelola dengan baik apabila masalah seputar kelautan dapat dipecahkan.

Kapal itu akan mengambil sampel di 33 titik di Samudra Hindia selama 21 hari. Perjalanannya akan berakhir di Port Louis, Kepulauan Mauritius.

Ekspedisi bertajuk International Ocean Expedition kedua ini adalah bagian dari Program Penelitian Nansen yang digagas Institute of Marine Research of Bergen, Norwegia. Ekspedisi serupa pertama kali diadakan pada 1965 menggunakan Kapal Nansen generasi pertama.

Baca: Jadi Google Doodle Hari Ini, Siapa Fridtjof Nansen?

Kapal generasi kedua yang sekarang ada baru mulai aktif pada 1993. Sejak saat itu, kapal ini telah mengarungi banyak wilayah perairan dunia, seperti Afrika Barat dan sepanjang pantai Amerika Latin.

Nama Nansen diambil dari nama seorang ilmuwan oseanografi asal Norwegia kelahiran 10 Oktober 1861, Fridtjof Nansen. Pada masa mudanya, Nansen pernah memimpin kelompok yang pertama mengeksplorasi Greenland pada 1888 dan ekspedisi Kutub Utara sepanjang 1893-1896.

Nansen belajar zoologi di Royal Frederick University di Christiania (sekarang Oslo) dan kemudian bekerja sebagai kurator di Museum Bergen. Selain dikenal sebagai ilmuwan, Nansen pernah meraih Nobel Perdamaian pada 1922.

Setelah 1896, arah riset utamanya beralih ke seputar masalah oseanografi. Saat itulah dia membuat kapal pesiar penelitian untuk menjelajahi Atlantik sebelah utara. Kapal ini yang kemudian bermetamorfosis menjadi Nansen Vessel generasi pertama.

Sambil mengelilingi Nansen Vessel generasi kedua yang sedang bersandar di Tanjung Priok sore itu, Henning Sangolt, Kepala Dek Kapal, menceritakan seluk-beluk kapal. Dengan luas 75,5 x 17,4 meter dan berat 1.444 ton, kapal ini dapat membawa 45 orang. "Termasuk 15 pelaut dan 30 ilmuwan," ujarnya. Dalam penelitian kali ini, tim hanya terdiri atas 16 peneliti.

Fridtjof Nansen. wikipedia.org

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Google Doodle: Begini Kisah Fridtjof Nansen Menembus Kutub Utara

Tak ubahnya gedung penelitian, kapal ini pun memiliki banyak laboratorium yang terletak di geladak bagian bawah. Di antaranya laboratorium ikan yang kerap disebut sebagai laboratorium basah; Benthos, laboratorium plankton; ruang studi oseanografi, tempat mempelajari iklim dan air laut; serta laboratorium foto. Untuk mengambil data tentang kelautan dan mengambil profil Samudra Hindia, kapal ini juga dilengkapi dengan laboratorium CTD (conductivity, temperature, depth).

Sangolt menjelaskan, semua laboratorium tersebut didukung oleh sistem stasiun cuaca, akuisisi data, dan jaringan sistem komputer ilmiah. "Kami juga punya split-beam echo sounder yang dapat merekam kondisi bawah laut berdasarkan suara," dia mengklaim. Pemindai suara itu terdiri atas acoustic doppler current profiler dan bathymetric multi-beam echo sounder. "Semua sistem tersebut akan tersinkronisasi di ruang akustik."

Sedangkan di ruang kemudi terdapat tujuh panel yang menampilkan sistem navigasi dan sistem kendali. Dari salah satu panel tampak garis lurus yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dengan Port Louis di Mauritius, yang berjarak lebih dari 6.000 kilometer (3.400 nautikal mil).

Dalam menempuh jarak Priok-Mauritius itu, Nansen Vessel dapat memacu kecepatannya mencapai 13 knot, setara dengan 24 kilometer per jam. Tentunya, Sangolt mengatakan, dengan memperhatikan kondisi angin dan cuaca yang tergambar pada panel electronic chart display and information system.

Dengan memanfaatkan semua fasilitas tersebut, para peneliti berusaha mengkaji hubungan antara pola arus besar samudra ekosistem kelautan serta perikanan. Arus besar Samudra Hindia, atau biasa dikenal Indian Ocean Gyre, merupakan fenomena unik. Fenomena tersebut, menurut Reidar Toresen, peneliti dari Institute of Marine Research yang memimpin ekspedisi kali ini, "Berdampak signifikan terhadap pola perikanan di wilayah perairan sekitar samudra."

Di Indian Ocean Gyre, sampah-sampah yang sudah menjadi potongan kecil itu teraduk dan mengendap di dasar samudra. "Kami ingin mengungkap dari manakah mereka berasal dan menganalisis cara penanganannya," ujar dia.

Indah Lutfiyati, anggota penelitian asal Indonesia, mengatakan selama perjalanan tim akan melakukan beberapa tahap metode dan pengambilan data penelitian. Ada beberapa data yang harus dikumpulkan dari ekspedisi kali ini, yakni data hidro-oseanografi berupa kedalaman dan permukaan laut; data CTD berupa daya kondusi laut, temperatur, tingkat salinitas, dan pendar cahaya; data ekologi berupa tingkat keasaman (pH) dan nutrisi laut; serta, data jumlah limbah plastik di samudra.

"Semua data tersebut nantinya akan dianalisis untuk melihat pemetaan dan pola perikanan yang ada," ujar Indah.

Baca: Fridtjof Nansen: Ilmuwan Peraih Nobel Perdamaian

Simak artikel menarik lainnya tentang Fridtjof Nansen hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Fridtjof Nansen Tak Asal Nekad Mengarungi Kawasan Greenland

11 Oktober 2017

 Fridtjof Nansen. wikipedia.org
Fridtjof Nansen Tak Asal Nekad Mengarungi Kawasan Greenland

Fridtjof Nansen mengarungi daratan es yang tak berpenghuni dan maha luas itu dengan persiapan matang. Selain rasa ingin tahu yang besar.


Fridtjof Nansen: Ilmuwan Peraih Nobel Perdamaian

10 Oktober 2017

Firdtjof Nansen menjadi tema Google Doodle hari ini, Selasa, 10 Oktober 2017. (Google)
Fridtjof Nansen: Ilmuwan Peraih Nobel Perdamaian

Fridtjof Nansen, ilmuwan dan diplomat asal Norwegia, menjadi tema Google Doodle hari ini.


Google Doodle: Begini Kisah Fridtjof Nansen Menembus Kutub Utara

10 Oktober 2017

 Fridtjof Nansen. wikipedia.org
Google Doodle: Begini Kisah Fridtjof Nansen Menembus Kutub Utara

Tema Google Doodle hari ini adalah Fridtjof Nansen.


Jadi Google Doodle Hari Ini, Siapa Fridtjof Nansen?

10 Oktober 2017

Firdtjof Nansen menjadi tema Google Doodle hari ini, Selasa, 10 Oktober 2017. (Google)
Jadi Google Doodle Hari Ini, Siapa Fridtjof Nansen?

Fridtjof Nansen, ilmuwan asal Norwegia, menjadi tema Google Doodle hari ini sebagai perayaan hari kelahirannya, 10 Oktober 1861.