TEMPO.CO, Bandung - Siklon tropis Cempaka, yang membuat cuaca ekstrem sejak awal pekan, pertama kali terdeteksi pada, Senin malam, 27 November 2017, sekitar pukul 19.00 WIB. Menurut laman situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), siklon tropis ini berjarak paling dekat dengan daratan dibanding siklon tropis lainnya.
"Seperti namanya, siklon tropis tumbuh di perairan di sekitar daerah tropis, terutama yang memiliki suhu muka laut yang hangat," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Bandung Tony Agus Wijaya saat dihubungi Selasa, 28 November 2017.
Persyaratan terbentuknya siklon tropis itu adalah suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 derajat Celcius hingga ke kedalaman 60 meter. Kondisi atmosfer yang tidak stabil dan memungkinkan terbentuknya awan Cumulonimbus ikut meracik pembentukan siklon. "Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting dalam perkembangan siklon tropis," kata Tony.
Atmosfer dalam kondisi relatif lembab di ketinggian sekitar 5 kilometer. Ketinggian ini merupakan atmosfer menengah, yang apabila dalam keadaan kering tidak dapat mendukung perkembangan aktivitas badai guntur di dalam siklon. Lokasi pembentukannya berjarak setidaknya sekitar 500 kilometer dari katulistiwa. Meskipun memungkinkan, kata Tony, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
Faktor kedekatan inilah yang membuat efek perubahan cuaca sangat terasa bagi masyarakat di wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Lalu, angin kencang berkekuatan 20 knots berpotensi menghampiri wilayah Banten hingga Yogyakarta. Siklon tropis ini diperkirakan masih akan bertahan dalam dua hingga tiga hari ke depan.
Siklon tropis ini diberi nama "Cempaka" karena telah ada kesepakatan dalam pemberian nama. BMKG memilih nama bunga untuk pemberian siklon tropis. Penamaannya pun sesuai abjad. Diberi nama Cempaka karena siklon tropis ini merupakan yang ketiga muncul di Indonesia.
Sebelumnya sudah ada empat siklon tropis di wilayah Indonesia, yakni Durga di perairan barat daya Bengkulu (22-25 April 2008), Anggrek di perairan barat Sumatera (30 Oktober-4 November 2010), dan Bakung di perairan barat daya Sumatra (11-13 Desember 2014).
Beberapa dampak siklon tropis Cempaka ialah yaitu potensi hujan lebat di wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Dampak lain yaitu potensi angin kencang hingga 30 knot, atau 55,6 kilometer per jam. Wilayahnya meliputi Kepulauan Mentawai, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Laut Jawa, Selat Sunda bagian Utara, Perairan Utara Jawa Timur.
Potensi angin kencang itu juga hingga Kepulauan Kangean, Laut Sumbawa, Selat Bali hingga Selat Alas, Selat Lombok bagian Selatan dan Perairan Selatan Bali hingga Pulau Sumba.
Selain itu, Siklon Tropis Cempaka juga berpotensi menimbulkan gelombang tinggi antara 2,5–6 meter di perairan selatan Jawa Timur, Laut Jawa bagian timur, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Barat, Samudera Hindia Barat Bengkulu, hingga Selatan Jawa Tengah.
Masyarakat diminta agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang pohon tumbang dan jalan licin. Aktivitas penerbangan di beberapa bandara di Pulau Jawa juga berpotensi terpengaruh akibat hujan dan angin kencang.
Dampak Siklon Tropis Cempaka diperkirakan berpotensi hingga Rabu atau Kamis mendatang. Masa hidup adanya sebuah siklon tropis umumnya sekitar tujuh hari. Setelah itu melemah dan punah. BMKG juga meminta masyarakat pesisir agar menghindari aktivitas di sekitar pantai karena potensi gelombang pasang dapat terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Simak kabar terbaru siklon tropis Cempaka hanya di kanal Tekno Tempo.co.