TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menerangkan bahwa saat ini pemerintah tengah fokus pada pengembangan roket yang bisa meluncurkan satelit mikro atau satelit pengamat bumi. Menurutnya, itu merupakan prioritas riset nasional.
Sementara mengembangkan kemampuan untuk bisa memproduksi sendiri roket pertahanan, R-Han 122B, terus berjalan. "Tentunya tetap dijalankan apa yang menjadi kebutuhan dari pertahanan. (Tapi) kita sekarang untuk riset nasional fokus pada roket dua tingkat yang nantinya bisa untuk peluncuran satelit mikro kita," ujar Bambang di Hotel Atlet Century, kemarin, Rabu, 26 Februari 2020.
Sebelumnya, Kepala Pusat Teknologi Roket di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Sutrisno, mempresentasikan kemampuan dan pengembangan teknologi roket Indonesia di hadapan Bambang dan jajaran petinggi Lapan, pada Jumat, 21 Februari 2020. Saat itu disebutnya kalau teknologi roket Indonesia masih berada di era 1960-an.
Sebagai gambaran, Sutrisno memaparkan kalau Lapan masih fokus di pengembangan roket diameter 450 mm berdaya jangkau 70 kilometer. Roket dua tingkat diameter yang sama milik Cina, dia membandingkan, bisa menjangkau batas atmosfer di ketinggian 200 kilometer.
Itu sebabnya, Sutrisno berharap banyak pada kerja sama yang berhasil dijalin pemerintah Indonesia dengan pemerintahan Beijing pada tahun lalu. Kerja sama, menurutnya, bisa mengembangkan kemampuan roket Indonesia.
Selain itu Lapan bersama sejumlah instansi lain juga sedang mengembangkan kemampuan untuk bisa memproduksi sendiri roket pertahanan, R-Han 122B, untuk kebutuhan Korps Marinir TNI. Selama ini kebutuhan ribuan roket jenis itu diimpor setiap tahunnya.
“Kami sedang mensubstitusinya supaya mandiri dan saat ini sudah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertahanan,” kata Sutrisno, mengungkapkan saat ditemui di kantornya di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jumat 21 Februari 2020 lalu.
Sutrisno menyebut produksi roket R-Han 122B dilakukan lewat konsorsium yang melibatkan di antaranya PT Pindad. Serangkaian uji statis dan dinamis telah dilakukan sejak 2015. "Kalau sudah ada kajian ekonominya, kami akan bangun ekosistem industrinya," kata dia.