TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Rutgers University telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat untuk melakukan tes diagnosa penyakit virus corona 2019 atau COVID-19 melalui liur atau ludah. Tes itu dimaksudkan sebagai sebuah pendekatan baru untuk melindungi para pekerja kesehatan atau petugas medis dari infeksi virus itu saat mengambil sampel dari setiap orang untuk diuji.
Dengan tes liur, pasien cukup diberikan tabung plastik tempat mereka meludah beberapa kali. Kemudian, mereka menyerahkannya kembali ke petugas perawatan kesehatan untuk diproses di laboratorium. "Ini mencegah para profesional perawat kesehatan dari harus benar-benar berada di hadapan seseorang yang simtomatik ketika bekerja," ujar Andrew Brooks dari Rutgers University, Selasa 14 April 2020.
Tes ini awalnya akan tersedia melalui rumah sakit dan klinik yang berafiliasi dengan kampus. Pengumuman ini muncul ketika komunitas di seluruh Amerika terus berjuang dengan pengujian untuk membantu melacak penyebaran virus corona.
Pendekatan saat ini untuk penapisan COVID-19 membutuhkan petugas kesehatan mengambil swab dari hidung atau tenggorokan pasien. Untuk mengurangi risiko infeksi, banyak rumah sakit dan klinik menginstruksikan staf membuang sarung tangan dan masker setelah kontak dekat dengan siapa pun yang mungkin memiliki virus dalam pengambilan sampel tersebut.
Banyak lembaga berjuang dengan kekurangan pasokan alat perlindungan diri (APD) atau alat medis dasar, termasuk sarung tangan, masker dan kapas. Seorang ahli penyakit menular, Amesh Adalja dari Johns Hopkins University yang tidak terlibat dengan pengembangan tes air liur mengatakan, tesitu akan membantu mengatasi beberapa ketidaknyamanan pasien dan kesulitan dalam mengambil sampel swab.
"Anda ingin berada dalam semua jenis situasi dengan semua jenis opsi sehingga kami dapat melakukan pengujian sebanyak mungkin dalam bentuk apa pun yang cocok," kata Adalja yang menambahkan bahwa tes air liur telah membantu memperluas tes untuk kasus HIV.
Rutgers University telah menguji keakuratan metodenya dengan mengambil sampel saliva dan swab dari 60 pasien. Hasil dari sampel air liur pasien memiliki kecocokan 100 persen dengan hasil dari penyeka.
Kampus itu mengembangkan metode laboratorium untuk pengujian menggunakan kit pengumpul air liur dari Spectrum Solutions, perusahaan di Utah yang menyediakan perangkat serupa untuk layanan pengujian keturunan berbasis DNA. Menurut Brooks, Laboratorium Rutgers saat ini dapat memproses 10 ribu sampel pasien per hari.
Dalam surat otorisasi kepada Rutgers, FDA mengatakan tes hanya boleh dilakukan dalam pengaturan perawatan di bawah pengawasan penyedia layanan kesehatan terlatih. FDA belum menyelesaikan tes COVID-19 untuk digunakan di rumah, meskipun beberapa perusahaan telah mengumumkan rencana untuk membuatnya tersedia.
Selain itu, FDA mengatakan pasien yang dites negatif COVID-19 dengan kit berbasis air liur harus memiliki hasil yang dikonfirmasi dengan metode pengujian kedua.
NEW YORK POST | FDA