TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mendorong riset pangan dan nutrisi sebagai solusi penanganan stunting atau kekerdilan di tengah pandemi Covid-19. "Jangan sampai stunting menjadi bencana baru dengan dampak yang lebih besar di masa depan," kata Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis 9 Juli 2020.
Ia mengatakan hampir semua daerah yang terkonfirmasi memiliki kasus Covid-19 juga memiliki prevalensi kekerdilan sedang bahkan tinggi. Dia menyerukan, penanganan dan pelayanan kesehatan serta gizi dalam situasi pandemi Covid-19 penting untuk mencegah masalah gizi yang lebih besar.
Dalam pernyataan tertulisnya itu, Menristek menyebut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Danone SN Indonesia telah melakukan inisiasi kerja sama mengembangkan produk makanan sehat untuk pemenuhan nutrisi melalui pemanfaatan teknologi pangan. Produk teknologi yang dikembangkan sejak April 2020 itu adalah biskuit Probarz dan mi Aitamie.
Probarz dan Aitamie merupakan dua makanan sehat yang diproduksi di fasilitas produksi Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna LIPI di Subang, Jawa Barat. Bahan baku dan pendukungnya berupa susu dan bahan fortifikan yang meliputi premix, vitamin, dan mineral dari Danone SN.
LIPI dan Danone SN Indonesia juga menyerahkan donasi pangan fortifikasi kepada Foodbank of Indonesia. Donasi yang diberikan berupa 5.000 bungkus Probarz dan 4.000 bungkus Aitamie.
Ilustrasi stunting atau gizi buruk. Shutterstock
Di samping itu, Menristek Bambang mengatakan pentingnya pemanfaatan teknologi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai upaya memulihkan ekonomi Indonesia. Menurutnya, banyak UMKM yang gulung tikar akibat ketergantungan dengan pola konvensional. Karenanya, dia menuturkan, perlunya pemberian insentif eksposur digital bagi pelaku UMKM yang terkena dampak pandemi Covid-19.
"Selain mengatasi kondisi saat ini, fokus utama kita adalah memulihkan kondisi ekonomi. Keadaan akan benar-benar normal ketika vaksinasi massal dilakukan. Dari segi waktu memang akan lama, namun kita tetap harus menjaga stabilitas ekonomi dengan berbagai upaya," katanya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan UMKM untuk bertahan pada masa pandemi, kata Menristek, adalah dengan pemanfaatan teknologi, karena teknologi dinilai dapat menjadi jawaban untuk membangun kembali ekonomi pada normal baru. “Dengan konsep 'less contact economy', di mana perubahan pola konsumsi yang awalnya 'offline' sekarang menjadi 'online' menjadi indikasi bahwa pelaku UMKM memiliki kesempatan dalam meningkatkan usahanya melalui sistem perdagangan elektronik,” ujarnya.