Kementerian Kesehatan Rusia menjawabnya dengan mengatakan vaksinasi bersifat sukarela. Kantor Wali Kota Moskow juga mengatakan vaksinasi dilakukan atas dasar sukarela dan tidak ada tekanan pada sekolah, sehingga tidak ada tindakan hukuman terhadap guru. Belum ada komentar dari Kementerian Pendidikan.
Ketua bersama Uchitel, Marina Baluyeva, seorang guru bahasa Inggris dari St Petersburg, tidak yakin dengan pernyataan dari Kementerian Kesehatan dan Kantor Wali Kota Moskow. Menurutnya, permintaan uji coba vaksin terhadap guru sama saja ketika meminta staf membantu melakukan bersih-bersih.
"Sukarela yang dimaksud hanya teori, tapi ketika guru menolak, maka dia bisa dalam masalah," kata dia.
Terpisah, satu sekolah di Moskow telah menawarkan diri sukarela untuk disuntik vaksin, jumlah gurunya saja hampir 80 orang. Salah satu gurunya, Larisa Ivanovna, mengatakan 20 dari mereka telah mendaftar, "Tapi keputusannya didorong oleh ketakutan akan kehilangan pekerjaan."
Sementara seorang guru sejarah Dmitry Kazakov yang menandatangani petisi Uchitel, mengaku tetap harus waspada meskipun atasannya tidak memintanya untuk ikut divaksin menggunakan Sptunik V. "Saya takut mengambil risiko vaksin yang belum teruji. Terkadang Anda mendapatkan tawaran yang tidak bisa Anda tolak," kata Kazakov.
Baca juga:
7 Pesawat Raksasa yang Mendominasi Dunia Penerbangan
Rusia adalah negara pertama yang melisensikan vaksin Covid-19. Banyak pakar di dunia telah memperingatkan agar vaksin tidak digunakan sampai semua pengujian yang disetujui secara internasional dan langkah-langkah peraturan telah diambil. Alasannya, tanpa uji skala luas dan publikasi hasil-hasinya secara terbuka, efikasi dan keamanan vaksin tersebut diragukan.
REUTERS | FOX NEWS