TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 di Amerika Serikat diperkirakan akan tersedia pada 1 November 2020. Namun, para ahli menyerukan dan meminta data lengkap vaksin sebelum benar-benar didistribusikan, karena uji klinis yang dilakukan cukup cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Saya ingin melihat datanya," ujar Carlos del Rio, dekan eksekutif Fakultas Kedokteran Emory University di Atlanta, Amerika, seperti dikutip NBC News, Sabtu, 5 September 2020. "Saya perlu melihat kemanjuran dan keamanan yang sebenarnya."
Respons Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) kepada negara bagian untuk mempersiapkan distribusi skala besar dari vaksin pada 1 November--dua hari sebelum pemilihan presiden--memicu kekhawatiran bahwa tekanan politik dapat mengesampingkan komitmen terhadap keselamatan.
Membuat vaksin siap untuk distribusi, serta memilih kelompok orang berisiko tinggi atau pekerja perawatan kesehatan garis depan pada November akan bergantung pada uji klinis fase 3 yang mulai mendaftarkan relawan manusia pada Juli.
Menurut direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Paul Offit, ada kemungkinan bahwa Data and Safety Monitoring Board, yang dijalankan oleh National Institutes of Health, bisa menghentikan uji coba lebih awal jika ditentukan bahwa vaksin itu bekerja. "Ini jarang terjadi, tapi memang terjadi," kata dia.
Dokter akan bersikeras untuk melihat data lengkap dan menuntut agar informasi tersebut berasal dari orang-orang yang berada di komunitas ilmiah. Ahli jantung di Klinik Cleveland Steven Nissen menginginkan para ilmuwan, dokter, dan bukan pemimpin politik yang membuat keputusan ini. "Jika itu dibuat dari Oval Office," kata Nissen, "akan ada banyak skeptisisme."
Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan dia curiga terhadap vaksin apa pun yang akan diluncurkan pada awal November. "Ini akan menjadi obat ajaib Hari Pemilu," kata Cuomo pada Kamis, 3 September 2020 lalu, dan menambahkan bahwa Departemen Kesehatan Negara Bagian New York akan meninjau data keamanan dan kemanjuran sebelum merekomendasikan vaksin kepada warga.
Uji klinis skala besar diperlukan untuk menunjukkan bahwa vaksin benar-benar diuji pada puluhan ribu relawan di Amerika. Namun, yang mereka lakukan hanya uji klinis pada 150 orang saja untuk menunjukkan bahwa suatu vaksin efektif.
Sebelumnya produsen vaksin memiliki tujuan untuk mendaftarkan setidaknya 30.000 peserta studi, beberapa di antaranya akan mendapatkan vaksin dan yang lainnya akan mendapatkan plasebo. Bahkan produsen obat sudah berkomitmen untuk memproduksi jutaan dosis vaksin mereka bahkan sebelum mereka mengetahui apakah vaksin tersebut berhasil.
"Jika Anda memiliki 100 infeksi pada kelompok plasebo dan 50 pada kelompok yang divaksinasi, itu menunjukkan bahwa efektivitas vaksin adalah 50 persen," kata Walter Orenstein, direktur asosiasi Emory Vaccine Center dan profesor penyakit menular di Fakultas Kedokteran Emory University.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) mengatakan vaksin yang efektif perlu melindungi hanya 50 persen orang agar dianggap efektif. Setidaknya satu dari kandidat vaksin terkemuka dapat mencapai target untuk memiliki data seperti itu sebelum 1 November.
Pada Kamis, 3 September 2020, chief operating officer Pfizer, Albert Bourla, mengatakan perusahaan dapat memperoleh hasil dari uji coba fase 3 paling cepat bulan depan. "Pada akhir Oktober, kami harus mengadakan acara yang cukup untuk mengatakan apakah produk itu berfungsi," kata Bourla dalam pertemuan dengan Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi, sebuah kelompok perdagangan.
Namun, Anthony Fauci, kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular mengaku dia tidak akan terlalu terkejut jika vaksin diumumkan dalam waktu dekat. Menurutnya, proyeksinya adalah pada akhir November atau Desember tahun ini, dia akan memiliki jawaban apakah vaksin yang aman dan efektif dapat disetujui atau tidak. "Mungkinkah sebelum itu? Jawabannya ya," kata Fauci, seperti dilaporkan Fox News.
NBC NEWS | FOX NEWS