TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 26 Kepala SMP negeri dan swasta di Kota Yogyakarta menuang pengalaman mereka selama menjalani program pendidikan jarak jauh atau belajar dari rumah bagi murid-muridnya di masa pandemi Covid-19 ke dalam sebuah buku. Mereka berharap buku tersebut dapat dijadikan referensi pembelajaran daring.
“Buku ini bermula dari diskusi para kepala sekolah terkait banyak hal tentang pembelajaran jarak jauh yang baru pertama kali ini dilakukan. Dari banyak cerita tersebut kemudian dibukukan dalam sebuah buku,” kata Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Yogyakarta Widayat Umar di sela peluncuran buku tersebut di Yogyakarta, Selasa 8 September 2020.
Pada awalnya, Widayat menerangkan, hanya 10 kepala sekolah yang menulis sebelum kemudian disusul yang lain sehingga total ada 26 yang berpartisipasi dalam pembuatan buku tersebut. Hasilnya adalah buku dengan setebal 400 halaman. Di dalamnya, setiap kepala sekolah menceritakan kendala yang dihadapi serta upaya untuk mengatasinya.
Kendala tak lepas dialami Widayat yang juga Kepala SMP Negeri 2 Yogyakarta. Dia menceritakan pada awalnya guru-guru di sekolah yang dipimpinnya kesulitan menemukan formula yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran secara daring. Alasannya tidak ada bekal atau pengalaman sama sekali sebelumnya.
“Pada awalnya, guru hanya menggunakan 'Google Classroom' untuk menyampaikan materi. Namun kemudian guru semakin kreatif dengan membuat video pembelajaran yang dibagikan melalui YouTube," katanya sambil menambahkan, "Di sekolah kami, juga dibentuk kelompok-kelompok siswa agar pembelajaran lebih interaktif.”
Ia berharap berbagai pengalaman tersebut dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain yang saat ini masih mengalami kesulitan dalam pendidikan jarak jauh. “Buku ini kami kerjakan sekitar satu bulan untuk pengumpulan materi tulisannya,” kata Widayat.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang secara resmi meluncurkan buku tersebut mengatakan bahwa pada awalnya pembelajaran secara daring terlihat menyenangkan dan mudah karena siswa cukup belajar dari rumah. Tetapi, kemudian ada berbagai kendala termasuk kerinduan untuk kembali ke sekolah.
"Karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa diperoleh ketika belajar dari rumah,” katanya yang juga berharap berbagai pengalaman dari puluhan kepala SMP di Kota Yogyakarta ini bisa menjadi sumber inspirasi. Terlebih, dia menambahkan, hingga saat ini sama sekali tidak ada panduan mengenai pembelajaran dari rumah.
Baca juga:
3 Fitur Google Classroom yang juga Harus Diketahui Guru
"Kita juga tidak tahu sampai kapan kondisi pandemi ini akan berlangsung. Maka itu buku berisi pengalaman ini sangat penting dibaca,” katanya.
Haryadi berharap buku tersebut tersedia dalam jumlah cukup di Perpustakaan Kota Yogyakarta serta Perpustakaan Alternatif Kota Yogyakarta. Sebagian dijanjikan dialokasikan sebagai suvenir saat kunjungan kerja dan kegiatan lainnya. "Akan saya bawa juga ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.”