TEMPO.CO, Jakarta - Pigmen pada mawar merah (Rosa sp.) mengandung senyawa antosianin. Pengaruh senyawa itu membuat mawar merah tak hanya bermanfaat sebagai pewarna alami, tapi juga dapat mencegah atau memperlambat oksidasi lipid dan mencegah berlanjutnya oksidasi senyawa baik dalam suatu produk (zat gizi, enzim yang mudah teroksidasi).
Hasilnya, saat digunakan sebagai pewarna makanan atau minuman, proses kematian sel dan penurunan fungsi metabolisme hati dapat dihindari. Elfi Anis Saati memaparkan itu dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai guru besar bidang teknologi hasil pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, Jumat 18 September 2020.
“Upaya meningkatkan daya guna ekstrak pigmen antosianin dari mahkota bunga mawar sebagai pengawet alami juga terus dilanjutkan terhadap sifat hambatnya di beberapa mikrobia pembusuk maupun patogen, seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella typhmurium, Pseudomonas sp," katanya.
Elfi mengatakan, konsentrat bunga mawar merah yang diujikan dengan bakteri uji Pseudomonas sp. mampu membunuh bakteri dengan sangat baik. Bahkan, telah dibuktikannya, hasil ekstraksi tersebut dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroba pada ikan.
Konsep ini, lanjutnya, menggambarkan sifat fungsional beragam pigmen hayati lokal tidak hanya sebagai zat pewarna, tetapi juga dapat difungsikan sebagai zat antioksidan alami. Karena itu, Kepala Laboratorium Sentral dan Halal Center UMM ini menyarankan produksi zat pewarna alami yang efektif untuk beberapa jenis pangan (makanan-minuman) dapat dijalankan.
"Harapannya, bumi pertiwi yang subur penuh sumber hayati ini dapat menghasilkan pigmen berkualitas dari beberapa organ kekayaan hayati lokal, khususnya sebagai pengganti pewarna berbahaya Rhodamin B, Methanyl yellow, dan Amaranth," kata Elfi dalam sidang pengukuhan yang digelar di ruang terbuka dan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 itu.
Elfi memeri judul orasi ilmiahnya itu 'Pemberdayaan Hasil Pertanian Lokal Potensial Ber-Pigmen dan Peran Sadar Gizi Keluarga Mendukung Ketahanan Pangan Halal Thoyyiban'. Menurut dia, pentingnya ketahanan pangan dalam ekonomi global dan nasional harus dipahami oleh berbagai kalangan, baik pemerintahan, organisasi internasional, pengelola sektor swasta, maupun lembaga kemasyarakatan.
Baca juga:
Warga Malang Ciptakan Alat agar Nyaman Pakai Masker
"Hal ini dapat dimulai dari ketahanan pangan keluarga. Salah satu yang berpengaruh terhadap kualitas pangan adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP), seperti zat pewarna, bahan pengawet, penyedap rasa, antigumpal, pemucat, dan pengental," katanya.