Studi ini juga mendapati sebagian besar pasien (86 persen) tidak memiliki riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi Covid-19. Itu artinya risiko penularan melalui kluster keluarga dan pasien asimptomatik alias OTG cukup tinggi.
"Anggota keluarga lain termasuk pelaku rawat harus selalu waspada serta lebih memperhatikan penerapan upaya pencegahan penularan Covid-19," katanya.
Terpisah, staf medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Soejono, mengungkap faktor lain yang membuat kelompok lansia berisiko tinggi tertular. Menurutnya, orang usia lanjut sering menghadapi berbagai macam kendala dalam kegiatannya dan perlu bantuan orang lain untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
Itu termasuk untuk mereka yang tinggal di pusat perawatan bersama. "Kontak dekat orang usia lanjut tersebut dengan orang lain yang memberi bantuan memperbesar risiko mereka terkena Covid-19," katanya dalam konferensi pers bersama Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.
Selain itu, Soejono mengatakan, orang usia lanjut juga cenderung sering mengalami gangguan fungsi kognitif yang menyulitkan mereka untuk memahami pentingnya menerapkan protokol kebersihan. "Sehingga risikonya tertular Covid-19 menjadi lebih tinggi."
Sedang menurunnya daya tahan tubuh berperan memudahkan terjadinya penularan terhadap kelompok lansia. Belum lagi keberadaan penyakit penyerta atau komorbid yang membuat dalam tubuh mereka sebenarnya telah mengalami inflamasi kronik, meskipun rendah, tetapi menahun.
Baca juga:
Klaster Baru Covid-19, Direktur Rumah Sakit di Cina Dipecat
Hal itu, menurut Soejono, meningkatkan risiko terjadinya inflamasi lebih lanjut. "Dan itu tadi, karena gejalanya enggak khas seringkali kita enggak waspada bahwa itu sebenarnya sudah mulai gejala Covid-19. Akhirnya terlambat dan mereka kemudian angka kematiannya tinggi," katanya merujuk kepada kelompok lansia.