Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CEPI: Akses Adil terhadap Vaksin Covid-19 yang Akan Mengakhiri Pandemi

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Botol kecil berlabel stiker
Botol kecil berlabel stiker "Vaccine COVID-19" dan jarum suntik medis dalam foto ilustrasi yang diambil pada 10 April 2020. [REUTERS / Dado Ruvi]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) kembali menegaskan pentingnya akses yang berkeadilan terhadap vaksin Covid-19 bagi semua negara, termasuk negara miskin dan berpendapatan rendah, untuk mengakhiri pandemi secara tuntas.

"Akses yang adil bagi semua negara--berpendapatan tinggi, menengah, dan juga rendah--akan menyelamatkan nyawa, menyelamatkan perekonomian, serta memberikan kita kesempatan untuk mengakhiri pandemi dengan cara terbaik yang paling mungkin," kata Elen Hoeg, Manajer Kebijakan Senior CEPI.

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam Global Town Hall 2020, yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat, 20 November 2020.

"Sebuah analisis mengindikasikan bahwa jika vaksin didistribusikan lebih dahulu ke negara berpendapatan tinggi, 33 persen kematian mungkin dihindari, namun jika vaksin didistribusikan secara merata berdasarkan populasi, 61 persen kematian mungkin dapat dihindari," ujar Hoeg.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pidato kuncinya pada sesi diskusi yang sama, juga menekankan bahwa akses yang adil terhadap vaksin Covid-19 menjadi kepentingan nasional setiap negara.

"Dalam dunia kita yang serba terhubung, jika masyarakat di negara berpendapatan rendah dan menengah tertinggal untuk hal vaksin, virusnya akan terus menyebar dan pemulihan ekonomi secara global akan terhambat. Karena itulah, kami ingin mengalokasikan vaksin dengan adil, khususnya untuk pekerja medis, lansia, dan orang dalam kelompok risiko tinggi lainnya," kata Tedros.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih lanjut, Hoeg menjelaskan bahwa Fasilitas Akses Global Vaksin Covid-19 atau inisiatif COVAX--yang digagas oleh WHO bersama dengan CEPI serta Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI)--merupakan jalan menuju penyebaran vaksin secara adil tersebut.

Tantangan yang muncul saat ini, antara lain "nasionalisme vaksin", yang menurut Hoeg sebetulnya merupakan strategi negara, khususnya melalui kesepakatan bilateral, untuk mengamankan pasokan vaksin bagi seluruh populasinya.

Bagaimanapun, ia menyebut, "Selama virusnya masih berada di luar sana, maka ancaman itu selalu ada, sehingga meninggalkan negara yang tak mampu membayar vaksin adalah suatu keputusan problematis bagi seluruh dunia. Dengan keinginan politik dan dukungan finansial, COVAX mempunyai kemampuan untuk melawan 'nasionalisme vaksin'."

Berdasarkan data CEPI per 17 November 2020, sebanyak 187 negara--yang mencakup 90 persen total populasi dunia--telah bergabung dalam inisiatif COVAX, dan setidaknya ada 50 calon vaksin Covid-19 yang saat ini tengah memasuki fase uji klinis, beberapa di antaranya telah berada dalam tahap akhir uji coba.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #267 AS Terbukti Menggunakan Hoaks Propaganda Anti-vaksin Selama Pandemi Covid-19

21 hari lalu

Ilustrasi - Vaksin COVID-19 buatan CanSinoBIO . (ANTARA/Shutterstock)
CekFakta #267 AS Terbukti Menggunakan Hoaks Propaganda Anti-vaksin Selama Pandemi Covid-19

laporan investigasi Reuters menguak jahatnya operasi militer Amerika Serikat yang sengaja menebar hoaks agar orang-orang tak mau divaksin.


AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

15 Mei 2024

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.


4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

10 Mei 2024

Seorang calon jamaah haji mendapatkan suntikan vaksin Meningitis pada pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangsel, Pamulang, Tangsel, Selasa (4/9). ANTARA/Muhammad Iqbal
4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.


Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

10 Mei 2024

Waspadai Trombosit Tak Normal
Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

Perusahaan farmasi AstraZeneca akui ada efek samping langka, yaitu Trombositopenia.


Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 Mei 2024

Vaksin Covid-19 AstraZeneca. REUTERS/Dado Ruvic
Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat


AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

8 Mei 2024

Vaksin Covid-19 AstraZeneca. REUTERS/Dado Ruvic
AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

AstraZeneca menyatakan dengan banyaknya varian vaksin Covid-19 yang sudah diproduksi, maka terdapat surplus dari vaksin-vaksin yang tersedia


Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 Mei 2024

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.


Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 Mei 2024

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia


Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 Mei 2024

Mesin robot ekstraksi vaksin Covid-19 bernama AutoVacc, yang dirancang oleh Pusat Penelitian Teknik Biomedis Universitas Chulalongkorn untuk mengekstrak dosis ekstra dari botol vaksin AstraZeneca, terlihat di Bangkok, Thailand 23 Agustus 2021. Gambar diambil 23 Agustus 2021. REUTERS/Juarawee Kittisilpa
Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.


Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

3 Mei 2024

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.