TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkap pola sama yang terjadi antara pemicu Gempa Mamuju-Majene, Sulawesi Barat, dengan Gempa Lombok, NTB, 2018. Di Lombok, gempa kuat terjadi hingga lima kali.
Kesamaan pola atau mekanisme pemicu itu yang menyebabkan BMKG kini terus memantau dan menganalisis secara hati-hati setiap gempa susulan yang telah dan mungkin masih akan terjadi di Mamuju-Majene. "Masih terus kami waspadai jika akan terjadi gempa lebih besar lagi," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi dan disiarkan secara nasional, Jumat petang, 15 Januari 2021.
Kewaspadaan di antaranya diarahkan untuk kemungkinan sumber gempa yang bakal bergeser ke laut dan menciptakan tsunami. Kemungkinan ini dijaga mengingat pesisir Majene juga pernah terjadi tsunami pada 1969.
"Masyarakat yang bermukim di wilayah Pesisir Majene perlu waspada jika merasakan gempa kuat agar segera menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG," katanya terpisah lewat akun pribadi di media sosial Twitter.
Gempa kuat pertama di Majene terjadi pada Kamis siang, pukul 13.35 WIB, dan yang kedua dinihari tadi pukul 01.28 WIB. Berkekuatan masing-masing 5,9 dan 6,2 Magnitudo, keduanya disebut merupakan jenis gempa kerak dangkal akibat sesar aktif Mamuju-Majene Thrust.
Mekanisme sesar naik inilah yang mirip dengan pembangkit gempa Lombok 2018, dimana bidang sesarnya membentuk kemiringan ke bawah daratan. Dalam kasus gempa terbaru, daratan Majene. Sesar Mamuju disebutkan memiliki magnitudo tertarget mencapai 7,0 dengan laju geser sesar 2 mm/tahun.
Baca juga:
Intensitas Gempa Mamuju-Majene Seberangi Lautan Sampai ke Kalimantan
Untuk saat ini, BMKG menetapkan gempa yang terjadi pada dinihari tadi statusnya sebagai gempa utama (mainshocks) dan gempa Kamis sebagai pendahuluan/pembuka (foreshock). "Semoga status ini tidak berubah dan justru akan meluruh, melemah hanya terjadi gempa susulan (aftershocks) dengan kekuatan yang terus mengecil dan kembali stabil," kata Daryono menguraikan.