Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bukan Monster Laut Apalagi Putri Duyung, Begini Milky Sea Terbentuk di Samudera

image-gnews
Fenomena milky sea seluas sekitar 100 ribu kilometer persegi di Samudera Hindia dekat Pulau Jawa yang terdeteksi dari satelit. Doi.org
Fenomena milky sea seluas sekitar 100 ribu kilometer persegi di Samudera Hindia dekat Pulau Jawa yang terdeteksi dari satelit. Doi.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian atas fenomena milky sea berhasil mendeteksi satu lokasi penampakannya yang paling sering di lautan dunia, yang ternyata sangat dekat dari Indonesia. Pernah hidup sebagai legenda di antara para pelaut selama berabad-abad, fenomena yang tampak seperti tumpahan cairan susu lewat kilau putih pucat yang seragam, tetap dan meluas itu teryata kerap muncul di Samudera Hindia di selatan Pulau Jawa.

Penelitian terbaru tersebut memburu fenomena yang pernah dipercayai sebagai tanda kehadiran monster laut ataupun putri duyung itu dari luar angkasa secara hampir real time. Menggunakan dua satelit cuaca NOAA—Suomi National Polar-orbitting Partnership (NPP) dan Joint Polar Satellite System—para peneliti telah mengembangkan kemampuan identifikasi cepat kejadian-kejadian milky sea, membuka jalan untuk studi bisa dilakukan di lokasi sebelum fenomena berlalu.

Selama ini, dari laporan-laporan yang ada, milky sea dideskripsikan dengan berlayar melaluinya seperti sedang menyeberangi padang salju atau puncak awan. Kemilau putihnya begitu pucat sehingga sinar Bulan pun mampu menutupinya dari penglihatan mata manusia. Itu sebabnya kejadiannya dikenal langka sehingga belum pernah ada studi yang pernah dilakukan padanya.

Sebelum metode pencarian menggunakan satelit, ilmuwan sebelumnya bisa mengalami kesempatan studi itu sekali ketika Kapal R/V Lima melaporkan telah melintasi perairan yang bersinar di Laut Arab pada 1985. Sampel air dari kapal itu mengidentifikasi adanya alga yang diselimuti bakteri Vibrio harveyi yang bisa memancarkan cahaya (bioluminescence). Dari sampel itu, ilmuwan menduga fenomena milky sea terkait dengan sekumpulan besar material organik.

Bakteri V. harveyi, begitu populasinya tumbuh cukup massif, akan mengaktifkan sifat luminesens mereka melalui proses yang disebut quorum sensing. Setiap individu bakteri menebar perairannya dengan sekresi kimiawi yang mendorong proses biokimia (autoinducer) yang ketika emisinya itu mencapai kerapatan tertentu, cahaya akan muncul.

“Anda tahu ketika Anda melihat cahaya ini, berarti ada populasi bakteri luminesens yang sangat besar di sana,” kata profesor emeritus di University of Southern California, Amerika Serikat, Kenneth Nealson—bukan bagian dari tim penelitian yang terbaru.

Nealson bersama rekannya sesama ilmuwan Woody Hastings pernah mengidentifikasi fenomena milky sea pada 1960-an. Dia memperkirakan butuh sekitar 10 juta bakteri per mililiter air untuk memicu perairan menjadi bercahaya.

Berhimpunnya begitu besar jumlah bakteri di satu bagian dari lautan, Nealson menambahkan, tentu butuh keberadaan sumber makanan yang berlimpah. Dugaan para ilmuwan adalah koloni bakteri-bakteri itu berpesta dengan sisa-sisa ledakan alga yang juga massif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Jika Anda memberi makanan yang tepat, mereka akan berkembang biak berlipat ganda setiap setengah jam,” kata Nealson. “Tidak sampai sehari jumlah mereka sudah akan melebihi 10 juta per mililiter.”

Tidak seperti saat ledakan alga yang mendorong fenomena seperti air pasang merah, yang membuat ikan-ikan menyingkir, fenomena milky sea justru berperan menarik ikan-ikan datang. Ikan makan bakteri, juga alga yang sudah mati, dan konsumsi itu tidak mengakhiri siklus hidup si bakteri.

“Bagi bakteri, berada di dalam perut ikan adalah lingkungan yang menyenangkan,” kata Steve Haddock, ahli biologi di Monterey Bay Aquarium Research Institute di California, Amerika Serikat. Haddock adalah juga anggota tim dalam penelitian milky sea terbaru menggunakan data satelit NOAA. “Bakteri bisa hidup di perut ikan seperti halnya dalam tubuh kita, manusia,” kata dia menambahkan.

Studi oleh Haddock dan Steve Miller, peneliti senior di Colorado State University, juga dua peneliti lainnya melacak milky sea terjadi sedikitnya selusin kali di perairan Samudera Hindia dan sekitar Indonesia antara 2012-2021. Yang terbesar mereka dapati terjadi di selatan Jawa pada 2009, yakni pada 26 Juli hingga 9 Agustus. Citra satelit mengkonfirmasi laut bercahaya saat itu di luasan lebih dari 100 ribu kilometer persegi. Diperkirakan, jumlah bakteri yang terlibat dalam fenomena itu melampaui 10 sektiliun (1 sektiliun setara 1.000 triliun).

NOAA, EOS

Baca juga:
Ada Darth Vader Isopod Raksasa di Laut Dalam Selatan Jawa

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

2 hari lalu

Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, saat meresmikan pembangunan Fasad dan Gedung UPT Balai/Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio (SFR) Kelas I Makassar, di Gowa, Kamis 1 Februari 2024.
Kemenkominfo Ingin Tingkatkan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Lewat Forum APSMC

Agenda prioritas Indonesia dalam APSMC adalah saling berdiskusi soal tantangan dan pengalaman dalam manajemen spektrum frekuensi.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

7 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

13 hari lalu

Ilustrasi pria menggunakan ponsel di toilet. buzznigeria.com
Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.


Survei Populix: 72 Persen Pemudik Lebaran Pilih Pakai Kendaraan Pribadi

18 hari lalu

Antrean kendaraan pemudik menunggu masuk kapal di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten, Senin, 8 April 2024 dini hari. H-2 Lebaran 2024 Pelabuhan Merak masih dipadati oleh pemudik yang akan menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Sebelumnya, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan jumlah pemudik via Pelabuhan Merak dan Ciwandan mengalami kenaikan drastis mencapai 65 persen. TEMPO/M Taufan Rengganis
Survei Populix: 72 Persen Pemudik Lebaran Pilih Pakai Kendaraan Pribadi

Tujuan para pemudik itu paling banyak atau 77 persen mengarah ke tiga provinsi di Pulau Jawa.


Pemahaman ENSO, IOD, dan Hujan Ekstrem di Indonesia Dinilai Masih Sangat Terbatas

21 hari lalu

Sejumlah pengendara menerobos hujan dan banjir di Jalan Majapahit, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 14 Maret 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan wilayah Pantura, Jawa Tengah bagian tengah dan selatan masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem hujan dengan intensitas sedang sampai lebat disertai kilat sekaligus petir akan terjadi hingga Rabu mendatang dan memperingatkan kepada masyarakat agar tetap waspada saat beraktivitas di luar ruangan. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Pemahaman ENSO, IOD, dan Hujan Ekstrem di Indonesia Dinilai Masih Sangat Terbatas

Kemungkinan besar hujan ekstrem semakin ekstrem di masa depan termasuk di Indonesia.


Potensi Risiko Gempa, BRIN Lakukan Pemetaan Sesar Sepanjang Pulau Jawa

24 hari lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Potensi Risiko Gempa, BRIN Lakukan Pemetaan Sesar Sepanjang Pulau Jawa

Gempa muncul di daerah yang kurang dipelajari (understudied) sebelumnya, seperti Cianjur, Sumedang, dan bahkan di Laut Jawa dekat Pulau Bawean.


Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

25 hari lalu

Ilustrasi wanita bekerja di kantor. shutterstock.com
Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.


Oppo Find X7 Ultra Satellite Edition Resmi Dirilis, Miliki Konektivitas Off-grid

27 hari lalu

Oppo Find X7 Ultra (Gizmochina)
Oppo Find X7 Ultra Satellite Edition Resmi Dirilis, Miliki Konektivitas Off-grid

Pertama kali dirilis awal tahun ini, Oppo Find X7 Ultra Satellite Edition menjadi ponsel pertama di dunia dengan pengaturan kamera periskop ganda.


BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

29 hari lalu

Satelit rakitan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI yang akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bogor, Jawa Barat, Kamis, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. Nantinya, satelit akan dibawa ke orbit dengan ditumpangkan pada roket India bersama satelit penelitian astronomi milik Organisasi Riset Antariksa India. [TEMPO/Subekti; SB2015090312] KOMUNIKA ONLINE
BRIN: Satelit LAPAN Bantu Proses Komunikasi Wilayah Terlanda Bencana

Satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI merupakan salah satu hasil riset karya anak bangsa yang dikembangkan oleh BRIN.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

30 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?