TEMPO.CO, Jakarta - Munadhil Abdul Muqsith, 35 tahun, warga negara Indonesia yang berdomisili di Moskow, Rusia menceritakan pengalamannya di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Menurut dia, situasi dan kondisi di ibu kota Rusia itu masih terkendali. Dia mengaku masih beraktivitas seperti biasa. Kegiatan perkuliahan di sana juga sampai saat ini masih berlangsung.
“Perkuliahan secara offline sampai saat ini masih berjalan normal,” ujar Munadhil kepada Tempo pada Selasa, 1 Maret 2022. Munadhil merupakan mahasiswa Indonesia program S3 Jurnalisme Internasional dari Peoples’ Friendship University of Russia (RUDN) di Moskow sejak 2017-2021. Dia mendapat beasiswa dari Pemerintah Rusia. Pada April nanti, dirinya akan menjalani ujian untuk menyabet gelar doktor.
Namun, Munadhil mengakui berbagai sanksi yang diberikan Negara-negara Barat seperti pemblokiran bank-bank Rusia dari SWIFT berdampak pada kehidupan warga Rusia. Nilai tukar mata uang Rusia, rubel, terus merosot seiring dengan semakin banyaknya sanksi yang diberikan atas invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.
Anjloknya nilai mata uang rubel membuat warga Rusia panik dan berbondong-bondong menarik uang dalam bentuk dollar AS di bank. Munadhil mengatakan dia dan kawan-kawannya saling berbagi informasi mengenai lokasi bank yang bisa atau tidak bisa melakukan transaksi tarik tunai. Meski begitu, Munadhil mengatakan harga barang-barang, kebutuhan pokok, hingga sewa rumah di Rusia masih cukup stabil. “Harga di sini masih stabil,” ujarnya.
Menurut Munadhil, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow juga telah mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia terkait situasi penerbangan dari atau ke Rusia. Beberapa negara memutuskan untuk menutup jalur penerbangan mereka bagi Rusia.
KBRI mengatakan penerbangan ke Abu Dhabi, Dubai, dan Istanbul sejauh ini masih bisa dilakukan lewat Moskow, St Petersburg, dan beberapa kota lain di Rusia. Selain itu, KBRI juga mengimbau warga Indonesia yang berada di Rusia untuk terus waspada mengingat situasi di negara itu yang semakin kompleks setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan menyerang Ukraina.
Munadhil mengatakan situasi di Moskow sejauh ini masih kondisif sekalipun banyak polisi berjaga di sejumlah titik keramaian seperti di tempat perbelanjaan dan metro, jalur kereta bawah tanah. Penjagaan itu, kata dia, dilakukan seiring banyaknya aksi demontrasi terkait protes perang yang dilancarkan Rusia ke Ukraina.
Dalam lima hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, aksi protes anti-perang sudah terjadi di ratusan kota. Gelombang protes ini juga diiringi dengan penangkapan demonstran oleh pemerintah setempat. Ribuan demonstran anti-perang ditangkap di Rusia.
Meski begitu, Munadhil menerangkan hubungan sesama warga antara Rusia dengan Ukraina sebetulnya tak ada masalah. Dia mengatakan di kampusnya bahkan terbuka dan menerima mahasiswa Ukraina.
Baca juga: Perang Rusia Ukraina, MIT Putuskan Hubungan dengan Universitas di Rusia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.