TEMPO.CO, Jakarta - Kasus positif, kasus aktif, dan kasus kematian Covid-19 telah seluruhnya mengalami kenaikan sebanyak dua kali lipat dalam kurun enam minggu terakhir. Pemerintah pusat maupun daerah, utamanya di tingkat provinsi, diminta menyadari tren ini dan melakukan penanganan.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengungkap itu dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 per Kamis, 10 November 2022.
Wiku melaporkan positivity rate mingguan terus mengalami peningkatan tajam dalam enam minggu terakhir. Tercatat angkanya sudah menyentuh 16,18 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan enam minggu sebelumnya yang sebesar 5,92 persen.
Hal tersebut, kata Wiku, dapat terjadi karena orang yang melakukan tes Covid-19 merupakan orang yang bergejala ataupun bukan orang sehat, sehingga kemungkinan hasil positif menjadi lebih tinggi. "Jumlah testing mingguan saat ini pun fluktuatif 60-70 persen dari target yang telah ditetapkan oleh WHO," katanya.
Baca juga:
Lockdown Lagi, Bandingkan Penambahan Covid-19 di Cina dan Negara Lain di Dunia Termasuk Indonesia
Tingginya positivity rate yang kemudian meningkatkan jumlah kasus aktif Covid-19. Per periode yang sama, angka kasus ini dicatat sebesar 37 ribu, di mana enam pekan sebelumnya sebelumnya berkisar 17-24 ribu kasus aktif. Adapun jumlah kematian seminggu terakhir sebanyak 232 kasus dibandingkan minggu-minggu sebelumnya yang berkisar antara 70 sampai 160 kematian.
“Perlu perhatian pada jumlah kematian pada sepekan terakhir ini,” kata Wiku sambil menambahkan Provinsi Jawa Tengah menjadi penyumbang kasus kematian terbanyak, yakni 63 orang. Diikuti Jawa Timur 26 kasus, DI Yogyakarta 20 kasus, DKI Jakarta 19 kasus dan Sulawesi Selatan 16 kasus kematian sepekan terakhir.
Wiku berharap adanya tren kenaikan hendaknya dapat menjadi pengingat bahwa Covid-19 masih ada. "Kita harus menjaga diri dengan protokol kesehatan, agar berkegiatan menjadi aman dan nyaman,” katanya.
Peningkatan Covid-19 karena Subvarian Corona XBB?
Dalam keterangan sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa peningkatan kasus terjadi akibat munculnya tiga subvarian baru virus corona Covid-19. Dia menyebut ketiganya adalah BA2.75, XBB dan BQ1.
Khusus XBB, data Satgas hingga Kamis 10 November 2022, sudah ada 37 negara yang melaporkan penemuan subvarian baru ini. Tertinggi dilaporkan di Singapura, India dan Australia.
Baca juga:
Epidemiolog: Waspada, Omicron XBB dan XBC Mungkin Ko-sirkulasi dan Ko-infeksi
Wiku membenarkan bahwa per 28 Oktober 2022, sebanyak 12 kasus infeksi subvarian XBB telah ditemukan di Indonesia. Namun, menurutnya, belum bisa dipastikan rekombinan dua subvarian Omicron ini sebagai penyebab di balik peningkatan kasus di Tanah Air.
Pemerintah memang terus melakukan sero survei antibodi serta pelacakan melalui Whole Genome Sequencing (WGS) untuk bisa mengidentifikasi kasus-kasus dengan varian baru yang ada di Indonesia. Meski begitu Wiku mengingatkan semua pihak untuk tidak menunggu pengumuman penyebab pasti dari lonjakan kasus untuk diumumkan.
Lebih baik, kata Wiku, pemerintah daerah berfokus pada penerapan langkah pencegahan sampai di tingkat kabupaten/kota seperti penguatan protokol kesehatan dan meningkatkan vaksinasi. “Sedangkan kepada yang mengalami gejala Covid-19 maupun kontak erat dengan pasien positif, mohon untuk segera testing seperti varian-varian dari Covid-19 lainnya yang telah masuk di Indonesia,” ucap Wiku.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.