TEMPO.CO, Jakarta - Jenazah korban pada kejadian bencana atau kasus kriminalitas ada yang sulit dikenali dengan berbagai sebab. Untuk memudahkan proses identifikasi, penanggung jawab Ilmu Forensik Odontologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Fahmi Oscandar mengusulkan kartu tanda penduduk yang dilengkapi data gigi selain retina mata.
Menurut Fahmi, pada kasus korban tenggelam yang meninggal dunia, retina mata korban tidak bisa diidentifikasi karena proses alam. Sementara gigi punya keunggulan seperti tahan pada suhu hingga 1000 derajat Celcius.”Terendam di air laut berbulan-bulan atau dikubur di tanah ribuan tahun juga tidak hancur,” katanya, Jumat, 2 Desember 2022.
Di beberapa negara maju, data gigi telah dipakai sebagai identitas diri karena sifatnya spesifik. “Gigi itu tidak ada yang sama pada setiap individu, perbandingan kesamaannya 1:2 miliar,” ujarnya. Data paling mudah dari gigi misalnya dari foto orang yang tersenyum lebar atau tertawa sehingga terlihat giginya.
Baca juga: Unpad Salurkan Sumbangan Ratusan Juta untuk Korban Gempa Cianjur
Pose seperti itu juga diterapkan beberapa negara pada dokumen resmi. Sementara di negara berkembang masih mengandalkan sidik jari. Dari foto korban semasa hidup yang terlihat giginya, kata Fahmi, bisa digunakan untuk identifikasi. “Bisa dianalisis lebih dalam dengan teknik superimpose atau analisis digital imaging,” kata Fahmi.
Adapun proses pengambilan data gigi sebagai identitas warga, bisa menggunakan alat intra oral camera yang khusus untuk memotret gigi. Bentuk alatnya menurut Fahmi, seperti pulpen yang bisa masuk ke dalam mulut. Cara kerjanya seperti memotret biasa. “Tidak berbahaya, tidak memakai sinar X dan tidak ada radiasi,” ujarnya.
Alat itu menurut Fahmi sudah umum dan banyak dijual di toko daring. Namun untuk pemeriksaan yang resmi, alatnya harus sesuai standar. Jika ada dokter gigi yang punya alat tersebut, pasien menurutnya bisa minta difoto giginya. Hasilnya dan pemeriksaan gigi menjadi milik pasien, sementara arsipnya dipegang oleh dokter atau rumah sakit.
Pada situasi bencana seperti gempa Cianjur, kata Fahmi, timnya yang membantu kepolisian dalam mengidentifikasi korban yang susah dikenali langsung, mengalami kesulitan mencari catatan medis gigi korban. Selain dari gigi, cara primer identifikasi jenazah yaitu lewat sidik jari, dan pemeriksaan DNA, serta identifikasi sekunder.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.