TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan wahana terbang nirawak, Unmanned Aerial Vehicle atau UAV, alias drone sebagai alat transportasi barang. Fungsi dan misinya antara lain untuk menerbangkan logistik medis ke daerah terpencil dengan bobot maksimal hingga 10 kilogram.
Penelitian itu dikembangkan oleh dosen Teknik Fisika ITB Faqihza Mukhlish yang berkolaborasi dengan Robby Azhari di bidang Sistem Rekayasa Teknologi Pertahanan dan Antariksa. "Dengan mobilitas yang tinggi dan kemampuan untuk mendarat di helipad pribadi, drone medis dapat menjadi solusi yang efektif dalam situasi darurat," kata Faqihza lewat keterangan tertulis di laman ITB, Kamis 29 Agustus 2024.
Riset drone itu mendapat pendanaan dari program Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka atau Kedaireka dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Adapun latar belakang ide fungsi pesawat drone itu dari kasus bencana Gempa Cianjur pada 2022.
Diungkap Faqihza, saat itu kondisinya ada jalur transportasi darat yang terputus sehingga menghambat upaya bantuan logistik dan medis bagi warga. Menurutnya, inovasi ini berbeda dengan pesawat seperti helikopter pembawa logistik yang membutuhkan biaya tinggi. “Termasuk suara gemuruh di lokasi pendaratan,” ujar Faqihza menambahkan.
Sedangkan UAV yang dikembangkannya dan dinamakan Precision Medic Drone berukuran kecil, dirancang mampu untuk mendarat secara tepat atau presisi tanpa stasiun khusus berbekal helipad QR code. Drone itu, menurut Faqihza, mampu melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam dan dapat menjangkau daerah evakuasi dengan cepat dan efisien.
Sebelum disiapkan menjadi alat bantu logistik medis, drone itu yang awalnya dikembangkan dengan investasi awal hingga Rp 150 juta, telah digunakan dalam proyek reboisasi mangrove di pesisir Jawa Barat. Dia berperan mempercepat proses penanaman dengan bantuan pelontar benih. Kerja sama lainnya dengan Kementerian Pertahanan untuk pengiriman logistik militer.
Selanjutnya drone itu diharapkan bisa digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam misi kemanusiaan. Menurut Faqihza, penggunaan drone tidak selalu terkait dengan masalah konflik namun juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan harian.
Pilihan Editor: Taman Nasional Ujung Kulon Catat Kelahiran 3 Anak Badak Jawa