TEMPO.CO, Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) akan membuat pusat studi antariksa. Menurut Rektor Reini Djuhraeni Wirahadikusumah, pusat studi itu tidak hanya digawangi oleh sekelompok astronom. “Harus melibatkan banyak pihak sehingga lingkup kerjanya jadi lebih luas,” katanya di Observatorium Bosscha, Lembang, Senin, 30 Januari 2023.
Baca juga: Seabad Observatorium Bosscha, Waktunya Astronom Pindah ke Timau?
Sejauh ini, menurut Reini, lokasi pusat studi baru itu masih dirahasiakan. “Bukan apa-apa kalau punya sesuatu yang besar, itu katanya jangan banyak diomongin tapi kerjakan dulu,” ujarnya. Dia berjanji akan mengungkap kejelasan pusat studi itu ketika prosesnya sudah 75 persen.
Di acara peringatan Seabad Observatorium Bosscha itu, Reini mengurai cabang-cabang sains baru terkait astronomi, seperti cuaca antariksa, fisika astropartikel, astrokimia, astro biologi, etnoastronomi, instrumentasi astronomi. Cabang baru itu memantik kerja sama lintas disiplin ilmu dan menciptakan ruang kerja riset multi disiplin di ITB.
Gubernur Ridwan Kamil bersama para astronom, pendidik, dan tamu undangan, berfoto dengan latar kubah peneropong bintang yang terkenal di peringatan 100 tahun Observatorium Bosscha ITB di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin, 30 Januari 2023. Indonesia. TEMPO/Prima Mulia
Selain itu, astronomi disebutnya telah menjadi bagian terintegrasi dari sains dasar tentang alam, seperti fisika, kimia, dan biologi. Para kolega astronom dan Observatorium Bosscha, menurut Reini, lewat berbagai kerja pendidikan dan pengabdian masyarakat, telah bergerak untuk mengajarkan astronomi pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Astronom di observatorium juga memadukan elemen Science, Technology, Art, Mathematics (STEAM) kepada para pelajar. Observatorium Bosscha, kata Reini lagi, bukan hanya warisan ilmu pengetahuan dan budaya yang dititipkan untuk dijaga. “Tetapi juga kendaraan untuk maju yang perlu ITB jamin pemenuhan amanahnya,” kata dia.
Baca juga: Begini Kepala Observatorium Bosscha Melihat Devitalisasi Planetarium Jakarta oleh Revitalisasi TIM
Rektor ITB mengatakan, 2023 merupakan tahun istimewa untuk astronomi di Indonesia. Selain seabad usia Observatorium Bosscha yang merintis astronomi modern, desain kubah planetarium di Jerman yang menjadi contoh gedung planetarium di Jakarta pun kini berusia 100 tahun. Selanjutnya pada 20 April mendatang, akan melintas Gerhana Matahari Total di sebagian wilayah Indonesia.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.