TEMPO.CO, Jakarta - BRIN mengumumkan kalau bunga bangkai (Amorphophallus titanum) koleksi Kebun Raya Cibodas tengah mekar. Individu tanaman ini sebelumnya sudah berbunga dua kali, dan mekar yang terkini sesuai prediksi. Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destri, pernah menyampaikan perkiraan bahwa jenis bunga raksasa tersebut akan mekar pada akhir April.
Menurut data dari unit registrasi, pengelolaan koleksi ilmiah Kebun Raya Cibodas, awal mula tunas bunga bangkai ini teramati pada 1 Maret 2023. Spata mulai membuka pada pukul 18.30 WIB, 26 April 2023. Kemudian, mekar sempurna pada 27 April 2023, pukul 02.57 WIB ,dengan tinggi 210 sentimeter atau 2,1 meter dan diameter spata 58 cm.
Ketinggian bunga tersebut tidak seperti biasanya karena sebelumnya rata-rata ketinggian bunga lebih dari 3 meter. Menurut Destri, ada beberapa kemungkinan penyebabnya yang membutuhkan pengamatan lebih lanjut. "Pengamatan terhadap individu tanaman ini akan tetap dilanjutkan, walaupun bunga sudah mekar dan layu,” kata Destri.
Meski lebih pendek, Destri menambahkan, bunga kali ini dinilainya lebih cantik dari dua kali sebelumnya. Hal ini dikarenakan spadiks yang berwarna ungu tua dan menjadi ungu kemerahan ketika mekar, sementara yang lain memiliki spadiks kuning ketika mekar.
Amorphophallus titanum termasuk salah satu keluarga talas-talasan (Araceae). Dikenal dengan sebutan bunga bangkai karena saat mekar, bunga tersebut mengeluarkan bau busuk yang kadang-kadang bisa tercium hingga radius seratus meter.
Destri menerangkan, bau tersebut sebenarnya berasal dari asam amino yang ke luar melalui permukaan tongkol. Bau itu juga yang mengundang serangga untuk datang dan membantu dalam proses penyerbukan tumbuhan tersebut.
Tanaman ini termasuk tumbuhan langka berdasarkan penilaian dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Keberadaan tumbuhan itu dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan merupakan tumbuhan endemik Indonesia.
Mekarnya bunga bangkai selalu menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat karena bunga tersebut merupakan tanaman endemik Sumatera yang memiliki periode berbunga rata-rata empat tahun sekali. Selain itu, bunga ini hanya dapat dinikmati selama seminggu. Setelah itu, spata bunga tersebut akan menutup kembali.
Pilihan Editor: Hujan Kembali Meningkat, La Nina Modoki Berpotensi Jegal Dampak El Nino
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.