TEMPO.CO, Jakarta - Satu jabang bayi ditemukan terbentuk utuh dalam sebutir telur milik buaya betina yang tak pernah berhubungan dengan buaya jantan sebelumnya. Jabang bayi berjenis kelamin betina itu mendekati replika genetika induknya, seekor buaya dewasa sehat penghuni sebuah kandang terisolasi di taman reptil di Kosta Rika sendirian selama 16 tahun belakangan.
Sekalipun jabang bayi itu gagal hidup, temuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya fenomena 'betina perawan melahirkan' mungkin terjadi pula pada buaya. Selama ini, parthenogenesis, bentuk reproduksi aseksual di mana embrio-embrio berkembang dari sel telur yang tidak dibuahi, dikenal terjadi pada sebagian bangsa ular, kadal, dan bahkan kalkun.
Adapun temuan pada buaya kemungkinan memiliki relasi ke masa lalu ketika satwa reptil ini berbagi nenek moyang yang sama dengan bangsa burung, setidaknya 267 juta tahun lalu–-dan menduga kalau dinosaurus dan pterosaurus bisa jadi mampu bereproduksi tanpa pejantan juga.
Kronologi Temuan
Para pekerja di taman reptil di Kosta Rika itu terkejut ketika mereka mendapati seekor buaya Amerika (Crocodylus acutus) berusia 18 tahun yang mereka rawat sendirian dalam kandang sedang menjagai sekumpulan 14 telur. Sebanyak separuh dari telur-telur itu saat diterawang di depan sumber cahaya tampak menunjukkan bayangan, diduga ada bayi buaya di dalamnya.
Pengelola taman lalu menghubungi ahli parthenogenesis dari Departemen Entomologi di Virginia Polytechnic Institute and State University, Amerika Serikat, Warren Booth. Dia kemudian menyarankan telur-telur dipindah ke inkubator. Karena tak ada satu pun yang menetas setelah sekian lama, Booth dan timnya kemudian membuka telur-telur itu dan menemukan enam terisi kandungan yang tak dikenali.
"Kemungkinan campuran kuning telur dan sel-sel yang tidak berkembang," kata Booth yang bersama timnya mempublikasikan temuan ini dalam Jurnal Biologi Letters edisi 6 Juni 2023.
Meski begitu, satu berisi jasad jabang bayi buaya yang utuh berjenis kelamin betina. Hasil perbandingan sekuensing genom dari jaringan jantung bayi buaya itu dan dari jaringan kulit si induk adalah 99,9 persen sama. Ini menegaskan si jabang bayi tak punya bapak dan berasal dari repoduksi aseksual.
Kelamin Betina Karena Suhu Inkubator
Secara teknis, Booth menambahkan, bagaimanapun juga, bayi buaya itu bukanlah klon. Seperti halnya seluruh kasus parthenogenesis yang diketahui pada vertebrata, embrio terbentuk ketika sel telur berfusi dengan salah satu produk sampingannya yang disebut second polar body, berarti dia memiliki dua salinan DNA induk.
Jabang bayi buaya Amerika, Crocodylus acutus, Parthenogen. Bayi tak bertahan hidup meski telah terbentuk sempurna di dalam telur. Foto milik Q. Dwye
Fakta jabang bayi buaya memiliki jenis kelamin betina juga tidak ada kaitannya dengan kromosom parental. Ini karena jenis kelamin pada buaya ditentukan benar-benar oleh temperatur luar ruang--dan temperatur inkubasi yang sebesar 29,5 derajat Celsius sangat sesuai untuk membentuk kelamin buaya betina.
Alasan kenapa sebagian reptil, ikan, dan burung betina terkadang (fakultatif) bisa melahirkan tanpa perkawinan masih belum jelas. Yang jelas, kata Booth, bukan karena kelangkaan pejantan. "Saya kira ini dikendalikan oleh satu gen yang mungkin terpicu oleh hormon-hormon," katanya sambil menambahkan diperlukan lebih banyak riset.
Anak Hasil Parthenogenesis
Kematian dini jabang bayi buaya di Kosta Rika juga tidak berarti seluruh anakan hasil reproduksi aseksual tak dapat hidup. Booth mengungkapkan, banyak anakan parthenogenetis di spesies yang lain hidup sampai dewasa dan berkembang biak secara seksual.
Tapi, mamalia tidak dapat bereproduksi melalui parthenogenesis. Tidak seperti reptil, ikan, dan unggas, pembentukan embrio pada mamalia memerlukan cetakan genomik, atau gen-sen spesifik dari induk jantan dan betina yang harus bergantian aktif dan non aktif pada waktu-waktu tertentu untuk memugkinkan ebrio terbentuk.
NEW SCIENTIST, ROYAL SOCIETY PUBLISHING
Pilihan Editor: Satelit Satria-1 Telah Berada di Roket SpaceX, Peluncuran Tinggal Bergantung Cuaca