Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ilmuwan Ungkap Bagaimana Bumi Lolos dari Tabrakan di Luar Angkasa

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Ilustrasi tentang tabrakan dua planet. Tabrakan ini memunculkan bulan pada 150 juta tahun lalu dalam sistem tata surya kita. NASA
Ilustrasi tentang tabrakan dua planet. Tabrakan ini memunculkan bulan pada 150 juta tahun lalu dalam sistem tata surya kita. NASA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bumi mungkin tidak ada karena hancur dalam tabrakan yang sangat kacau antara planet-planet lainnya. Mengutip laman livescience.com, hal ini disebabkan oleh orbit yang kacau dari planet dalam tata surya, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Bahkan, pemodelan menunjukkan bahwa planet-planet ini seharusnya sudah bertabrakan satu sama lain saat ini namun, kejadian tersebut tidak terjadi. Rahasia yang mengendalikan nasib planet-planet ini telah lama menjadi teka-teki bagi para ilmuwan. Saat ini para ilmuwan mengemukakan klaim baru.

Dalam penelitian yang diterbitkan pada pada 3 Mei 2023 dalam jurnal Physical Review X, alasan Bumi dan planet-planet lainnya tetap stabil telah ditemukan. Melalui analisis mendalam terhadap model gerakan planet, para peneliti menemukan bahwa gerakan planet-planet dalam dibatasi oleh parameter tertentu yang berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah kekacauan sistem.

Masih berdasarkan sumber yang sama, berikut ini beberapa informasi yang menjadi penyebab lolosnya Bumi dari tabrakan luar angkasa.

Planet Tidak Dapat Diprediksi

Planet dalam tata surya saling berinteraksi melalui gaya gravitasi, dan interaksi kecil ini terus membuat penyesuaian kecil pada orbit planet. Planet luar, seperti Jupiter dan sejenisnya, yang memiliki ukuran lebih besar, lebih stabil dalam menghadapi gaya tarik ini, sehingga orbit mereka cenderung tetap stabil.

Namun, masalah muncul ketika mencoba memprediksi lintasan planet dalam. Masalah ini terlalu rumit untuk dipecahkan secara tepat oleh para ilmuwan. Pada akhir abad ke-19, seorang matematikawan bernama Henri Poincare membuktikan secara matematis bahwa tidak mungkin memecahkan persamaan yang mengatur gerakan tiga atau lebih objek yang saling berinteraksi (sering disebut sebagai masalah tiga benda).

Akibatnya, ketidakpastian dalam detail posisi dan kecepatan awal planet terus meningkat seiring waktu. Dengan kata lain, ada dua skenario yang berbeda hanya dengan jarak yang sedikit antara Merkurius, Venus, Mars, dan Bumi. Dalam satu skenario, planet mungkin bertabrakan, sedangkan dalam skenario lainnya, mereka mungkin saling menghindar.

Waktu yang diperlukan bagi dua lintasan dengan kondisi awal yang hampir sama untuk berbeda dalam jumlah tertentu disebut sebagai waktu Lyapunov dari sistem kekacauan. Pada tahun 1989, Jacques Laskar dan rekannya melakukan perhitungan waktu Lyapunov untuk orbit planet dalam tata surya. Mereka menemukan bahwa waktu Lyapunov hanya membutuhkan 5 juta tahun.

Ini berarti bahwa setiap 10 juta tahun, sama dengan kehilangan satu digit dalam ketidakpastian awal posisi planet. Misalnya, jika ketidakpastian awal adalah 15 meter, setelah 10 juta tahun ketidakpastian ini akan menjadi 150 meter. Setelah 100 juta tahun, sembilan digit lainnya hilang, menghasilkan ketidakpastian sebesar 150 juta kilometer, yang setara dengan jarak antara Bumi dan Matahari. Dalam kata lain, posisi pasti sebuah planet tidak dapat diketahui secara pasti.

Walaupun 100 juta tahun terdengar sebagai waktu yang lama, tata surya telah ada selama lebih dari 4,5 miliar tahun. Para ilmuwan telah lama bingung mengapa tidak terjadi peristiwa dramatis seperti tabrakan antara planet atau planet yang terlempar dari orbit mereka dalam keadaan yang kacau.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, Jacques Laskar melihat masalah ini dengan pendekatan yang berbeda. Dia melakukan simulasi lintasan planet dalam tata surya untuk 5 miliar tahun ke depan, langkah demi langkah dari satu momen ke momen berikutnya.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa probabilitas terjadinya tabrakan antar planet hanya sebesar 1 persen. Dengan menggunakan metode yang sama, dia juga mengestimasi bahwa rata-rata waktu yang diperlukan bagi salah satu planet untuk mengalami tabrakan adalah sekitar 30 miliar tahun.

Bertahan dalam Kekacauan

Dengan menggunakan pendekatan matematika, Laskar dan timnya mengklaim telah mengidentifikasi apa yang disebut sebagai simetri atau "kuantitas yang dipertahankan" dalam interaksi gravitasi. Menurutnya, simetri ini menciptakan penghalang praktis dalam menghadapi kekacauan pergerakan planet.

Kuantitas ini tetap hampir konstan dan menghambat beberapa gerakan kacau, meskipun tidak sepenuhnya mencegah kekacauan total. Laskar memberikan contoh dengan menggunakan analogi piring makan yang memiliki bibir yang terangkat, yang menghambat makanan jatuh dari piring, tetapi tidak secara sempurna mencegahnya jatuh. Dia menyatakan bahwa manusia dapat berterima kasih kepada kuantitas ini atas stabilitas yang nyata dalam tata surya.

Profesor Ilmu Keplanetan di Universitas Arizona, Renu Malhotra, juga menyoroti betapa halus dan cerdiknya mekanisme yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Dia menyatakan bahwa sangat menarik melihat bahwa orbit planet dalam tata surya kita menunjukkan kekacauan yang sangat lemah.

Selain itu, Laskar dan timnya juga sedang melakukan penelitian lain untuk mengungkap apakah jumlah planet dalam tata surya pernah berbeda dari konfigurasi saat ini. Namun, semua klaim stabilitas dalam penelitian ini masih menjadi pertanyaan, termasuk apakah kuantitas yang dipertahankan selalu ada selama miliaran tahun sebelum evolusi kehidupan.

VIVIA AGARTHA F | AWALIA RAMADHANI 

Pilihan Editor: Dosen ITB Ungkap Faktor Risiko Keamanan Pemakaian Nikuba di Jalan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IHSG Bertahan di Level 6.970-7.050, Simak 4 Rekomendasi Saham dari Samuel Sekuritas

4 hari lalu

Layar pergerakan Indexs Harga Saham Gabungan atau IHSG di Gedung Busa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 16 September 2022. IHSG ditutup terkoreksi di level 7.168 pada perdagangan akhir pekan Jumat. Tempo/Tony Hartawan
IHSG Bertahan di Level 6.970-7.050, Simak 4 Rekomendasi Saham dari Samuel Sekuritas

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG kemarin belum berubah, masih dalam pola konsolidasi dengan dibuka naik, lalu turun.


Mengapa Satelit Tidak Jatuh ke Bumi? Begini Penjelasannya

4 hari lalu

Ilustrasi satelit angin Aeolus di atas Bumi. Satelit akan masuk kembali ke atmosfer bumi minggu ini. (Kredit: ESA)
Mengapa Satelit Tidak Jatuh ke Bumi? Begini Penjelasannya

Satelit mempertahankan orbitnya dengan menyeimbangkan dua faktor, yakni kecepatan dan tarikan gravitasi bumi.


Ini yang akan Terjadi jika Bumi Tak Berputar

5 hari lalu

Ilustrasi asteroid di dekat bumi. spaceflightinsider.com
Ini yang akan Terjadi jika Bumi Tak Berputar

Jika Bumi secara tiba-tiba berhenti berputar, akan memiliki konsekuensi drastis pada iklim, cuaca, waktu, dan kehidupan di planet ini.


Mengenal Sampah Antariksa, Bahaya, serta Jenis-jenisnya

10 hari lalu

Ilustrasi sampah antariksa. (Space.com)
Mengenal Sampah Antariksa, Bahaya, serta Jenis-jenisnya

Sampah antariksa adalah sejumlah besar materi buatan manusia yang mengorbit Bumi tetapi telah kehilangan fungsi.


Kisah Penemuan Komet Baru C/2023 P1 oleh Astronom Amatir Jepang

24 hari lalu

Komet C/2023 P1 (Nishimura) (Japan Posts)
Kisah Penemuan Komet Baru C/2023 P1 oleh Astronom Amatir Jepang

Seorang astronom amatir Jepang yaitu Hideo Nishimura baru-baru ini menemukan komet yang dinamakan C/2023 P1 (Nishimura).


Fakta-Fakta Peluncuran Aditya-L1 India ke Matahari

24 hari lalu

Pesawat luar angkasa India Aditya-L1 saat akan diluncurkan untuk mempelajarari Angin Matahari, 2 Septe,ber 2023. (Isro.gov.in)
Fakta-Fakta Peluncuran Aditya-L1 India ke Matahari

fakta-fakta misi India luncurkan Aditya-L1 ke matahari pada Sabtu, 2 September 2023 untuk mempelajari dampak radiasi matahari.


5 Fakta Keberhasilan Pesawat Luar Angkasa India Mendarat di Bulan

33 hari lalu

Orang-orang menonton siaran langsung pendaratan pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 di bulan, di dalam auditorium Gujarat Science City di Ahmedabad, India, 23 Agustus 2023. REUTERS/Amit Dave
5 Fakta Keberhasilan Pesawat Luar Angkasa India Mendarat di Bulan

Keberhasilan pesawat luar angkasa India mendarat di bulan menandai tonggak sejarah besar bagi negara tersebut.


Peneliti Keperawatan Unair Masuk Jajaran Top 100 Ilmuwan Indonesia, Berikan Tips Melakukan Penelitian

41 hari lalu

Ilustrasi penelitian di Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sumber: dokumen Lembaga Eijkman
Peneliti Keperawatan Unair Masuk Jajaran Top 100 Ilmuwan Indonesia, Berikan Tips Melakukan Penelitian

Tiga peneliti keperawatan dari Unair masuk jajaran top 100 ilmuwan Indonesia versi AD Scientific Index 2023.


Virgin Galactic Bawa Turis Pertama ke Ruang Angkasa

48 hari lalu

Virgin Galactic Bawa Turis Pertama ke Ruang Angkasa

Awak VSS Unity membawa penumpang ke ruang angkasa sampai mereka mengalami gravitasi nol selama penerbangan yang berlangsung selama satu jam.


Penjelasan BRIN Soal Mengapa Belum Ada Proyek Astronot di Indonesia

53 hari lalu

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto di acara Talk Show 'Penerbangan dan Antariksa' di Gedung Habibie, 7 Agustus 2023. TEMPO/Maria Fransisca Lahur
Penjelasan BRIN Soal Mengapa Belum Ada Proyek Astronot di Indonesia

Belum diketahui program baru mengenai keantariksaan atau astronot pada Perpres yang akan datang.