TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Koto Tabang Sugeng Nugroho mengatakan kondisi udara Sumatra Barat (Sumbar) yang memburuk diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Jambi.
Karena kebakaran hutan itu, ada dua daerah Sumbar yang kualitas udaranya memburuk karena berdekatan dengan Jambi. “Ada dua daerah, yakni Kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 September 2023.
Selain itu, juga ada beberapa daerah yang nilai kualitas udaranya berada di ambang antara baik dan sedang, yakni Kabupaten Mentawai, Solok, Padang Pariaman, dan Solok Selatan. “Daerah-daerah yang saya sebutkan tersebut parameternya berada di ambang batas baik,” kata Sugeng.
Sugeng mengatakan nilai konsentrasi udara di Sumbar untuk parameter PM2.5 berada di posisi sedang. “Rata-rata konsentrasi PM2.5 tertinggi berada di angka 55 pg/m3 pada Selasa 5 September 2023 pukul 09.00 WIB,” ujarnya.
Berdasarkan pemantauan GAW pada 2 September-5 September 2023, terjadi penurunan nilai konsentrasi parameter PM10, PM2.5 dan CO. “Konsentrasi O3 dan CO2 cenderung tetap, sedangkan PM2.5 berada di posisi sedang,” ucapnya.
Sugeng mengatakan, jika melihat prakiraan kondisi udara di Sumbar pada 7-8 September 2023, berada di posisi sedang dengan konsentrasi aerosol PM2.5. “Kami juga memprediksi penurunan konsentrasi pada 9 September 2023. Konsentrasi sedang pada tanggal tersebut akan terjadi di beberapa wilayah saja, seperti Kabupaten Dharmasraya, Pesisir Selatan dan Mentawai,” ucapnya.
Atas kondisi tersebut, Sugeng mengimbau kepada masyarakat yang mengalami gangguan pernapasan untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. “Jika tetap melakukan aktivitas di luar ruangan, harap gunakan masker,” pungkasnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.