Ivan memang sering mengobrol daring atau bertukar surat elektronik dengan Romi, yang kini aktif sebagai penerjemah peramban Firefox versi bahasa Indonesia. Keduanya bahkan sempat bermuka-muka saat menghadiri acara FreSh (Freedom of Sharing), komunitas pengguna web, di Jakarta pada April lalu. "Saat itulah kami baru menyadari bahwa kami sama-sama gandrung pada bahasa Indonesia dan ingin membangun semacam situs tesaurus," kata Ivan.
Sabtu malam itu keduanya mengobrol selama tiga jam hingga pukul satu dinihari waktu Jakarta untuk membahas model situs, desain program, tampilan antarmuka, dan aspek teknis lain. Setelah itu, mereka secara terpisah menulis kode-kode pemrograman yang akan dipakai dalam situs tersebut. Situs itu memakai aplikasi-aplikasi bersumber terbuka (open source). Basis datanya dengan MySQL dan bahasa pemrograman dengan PHP, yang lazim dipakai untuk web yang dinamis.
Empat hari kemudian, versi pertama situs tersebut diluncurkan dengan alamat http://www.bahtera.org/kateglo/. Nama Kateglo sengaja dipilih karena merupakan akronim dari kamus, tesaurus, dan glosarium, meskipun ia juga memuat peribahasa.
Ada banyak pihak yang terlibat dalam lahirnya situs ini, seperti Bahtera, mailing list untuk diskusi mengenai bahasa Indonesia dan penerjemahan bahasa Indonesia; Femmy Syahrani, blogger dan penerjemah lepas yang bermukim di Bandung; dan Steven Haryanto, salah satu pendiri perusahaan jasa web hosting PT Master Web Network.
Ivan menuturkan bahwa Kateglo lahir dari kebutuhan para wikipediawan, sebutan bagi orang yang rajin menulis dan menyunting artikel untuk Wikipedia. Kini sudah ada lebih dari 100 ribu wikipediawan untuk Wikipedia berbahasa Indonesia. Mereka, kata Ivan, yang aktif di Wikipedia sejak awal 2006, membutuhkan rujukan yang cepat untuk menemukan padanan kata yang pas ketika menerjemahkan artikel-artikel berbahasa asing.
Rujukan mereka selama ini hanya kamus dwibahasa Indonesia-Inggris dan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Bahasa kemudian mempublikasikan secara online kamus edisi ketiganya pada awal tahun lalu dan melansir koleksi glosariumnya. Namun, karena dua rujukan itu disajikan secara terpisah, pengguna tampaknya akan repot ketika perlu melakukan cek silang. "Kamis sering mengecek penerjemahan istilah di glosarium Pusat Bahasa, tapi kadang mereka menerjemahkannya dengan istilah yang tidak umum, seperti evergreen diterjemahkan sebagai 'malar hijau'," kata Ivan.
Untuk memahami artinya, pengguna harus masuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di sana mereka akan menemukan lema "malar" yang artinya terus-menerus, selalu, dan tetap tidak berubah.
Dari situlah muncul kebutuhan menyatukan semua rujukan itu dan ditambah dengan bahan-bahan lain dalam satu wadah, sehingga pengguna bisa "belanja sekali jalan" ketika mencari arti sebuah kata. Sumber utama Kateglo adalah kamus dan glosarium Pusat Bahasa tersebut ditambah tesaurus dan peribahasa dari sumber lain.
Ivan berencana meluncurkan secara resmi Kateglo, yang kini masih versi beta, pada Agustus nanti. Dia juga akan menjadikan Kateglo seperti Wikipedia, yakni melibatkan para pengguna untuk menambah dan menyunting naskah di dalamnya, sehingga situs ini akan semakin kaya isinya.
Kepala Pusat Bahasa Dendy Sugono menyatakan sangat mendukung kegiatan Ivan dan kawan-kawan dalam memasyarakatkan bahasa Indonesia. Dia juga mengizinkan pemakaian kamus dan glosarium Pusat Bahasa secara gratis asalkan sumbernya disebut dan bukan untuk kepentingan komersial.
Pusat Bahasa juga tak mau kalah aktif dibanding Ivan dan kawan-kawan dalam melayani pengguna bahasa di dunia maya. Menurut Dendy, lembaganya telah menyajikan secara online 18 ribu istilah dari koleksi glosariumnya, dan 250 ribu istilah lagi sedang disiapkan. Glosarium itu merupakan hasil dari proyek khusus pengembangan peristilahan di berbagai bidang, dari sastra sampai pertanian, dengan melibatkan pakar dari berbagai perguruan tinggi.
Proyek itu sebenarnya sudah dikerjakan Pusat Bahasa sejak 1978, tapi mencapai masa aktifnya pada periode 1985-2005, dengan menghasilkan sekitar 9.000 istilah per tahun. "Kini glosarium itu sudah kami terbitkan sebanyak enam jilid, yang kalau ditumpuk kira-kira setinggi setengah meter," kata Dendy.
Pusat Bahasa, kata Dendy, juga berencana menyajikan bahan-bahan miliknya secara online, seperti naskah pedoman ejaan dan sebuah proyek besar dalam membuat sketsa-sketsa sastra daerah, yang berisi ringkasan berbagai jenis sastra daerah dan contohnya. "Ini memang proyek besar, sama dengan membikin peta bahasa Indonesia," katanya.
Kateglo, yang hingga Rabu pekan lalu telah memuat sekitar 190 ribu lema glosarium, 70 ribu lema kamus dan tesaurus, serta 2.000 lema peribahasa, mulai ramai pengunjung. Ketika pertama kali muncul pada awal Mei lalu, statistiknya baru 100 page views per hari. Kini sudah 1.000 per hari. "Dan trennya terus naik," kata Ivan.
Kurniawan