TEMPO.CO, Jakarta - Pada Perayaan Hari Ulang Tahun ke-497, Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat kedua dunia sebagai kota dengan kualitas udara terburuk pada Sabtu pagi, 22 Juni 2024. Sebagai upaya untuk menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempersiapkan penggunaan kabut air (water mist) saat Jakarta memasuki musim kemarau.
Berdasarkan situs pemantau kualitas udara IQAir pada Sabtu, 22 Juni 2024 kualitas udara di Jakarta berada di angka 182 artinya masuk dalam kategori tidak sehat. Namun, DLH DKI Jakarta menyatakan kondisi udara pada 23 Juni 2024 berstatus moderat dan aman. Khususnya di Bundaran HI, Gelora Bung Karno, dan Tugu Tani.
Data itu diambil dari Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di kawasan tersebut. Angka menunjukkan adanya perbaikan kualitas udara dengan konsentrasi PM2,5 di bawah Baku Mutu Harian.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan polusi udara memburuk. Salah satunya, karena Jakarta memasuki cuaca panas. "Soalnya, bulan ini sampai September itu biasanya memang Jakarta masuk musim kemarau," ucapnya di Tugu Monumen Nasional, Jakarta pada Sabtu, 22 Juni 2024.
Selain itu, terdapat faktor eksternal seperti arah angin dari luar DKI Jakarta. "Sekali lagi kalau bicara masalah polusi itu kan tidak lepas dari adanya pabrik-pabrik di sekitar Jakarta. Kalau yang di luar Jakarta kita harus koordinasi dengan pemerintahan daerah sekitar Jakarta," ujarnya.
Sebagai upaya untuk menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali mempersiapkan penggunaan kabut air (water mist).
"Ya (untuk mengatasi) polusi udara, di gedung-gedung tinggi seperti tahun lalu diaktifkan bersama 'water mist', nanti kalau musim panas kami aktifkan lagi," kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat sebagaimana dilansir dari Antara pada Jumat, 17 Mei 2024.
Heru mengatakan, untuk menjaga sekaligus menurunkan polusi udara di Jakarta saat musim kemarau, generator kabut air (water mist generator) kembali dioperasikan pukul 09.00 sampai 10.00 WIB dan pukul 15.00 sampai 16.00 WIB.
"Ya nanti kalau musim panas kami aktifkan lagi. Kan ada waktunya ya, jam 09.00 WIB sampai 10.00, nanti kalau sore 15.00 WIB sampai 16.00," kata Heru.
Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto pantau penggunaan water mist generator di lantai 11 Gedung A Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Senin 11 September 2023. ANTARA/Risky Syukur
Apa itu Water Mist Generator?
Water Mist Generator merupakan sebuah teknologi pemadam api yang akan bekerja secara otomatis ketika terjadi kebakaran di dalam ruangan. Umumnya, alat seharga Rp 50 juta bikinan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) digunakan sebagai proteksi api terhadap bangunan yang sensitif terhadap air.
Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada 1940 dengan tujuan melindungi ruangan yang terbuat dari besi dari ancaman kebakaran. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, water mist banyak diaplikasikan sebagai proteksi ruangan yang di dalamnya memiliki arus listrik, cairan mudah terbakar, dan bahan bakar.
Beda dengan fire sprinkler, alat ini memiliki cara kerja yang lebih efektif dan lebih hemat air. Hal inikarena dalam tekanan yang tinggi, jumlah air yang keluar dari alat ini akan dibatasi. Ukuran tekanan pada water mist system mulai dari 100-1000 psi.
Tekanan yang lebih tinggi pada alat ini akan menghasilkan volume dari spray yang lebih besar. Di samping itu, bulir air yang dikeluarkan umumnya berukuran 50 hingga 200 mikron. Dalam mendapatkan suplai air, alat ini memanfaatkan sistem pipa. Dengan penempatan banyak alat penyemprot ini diharapkan bisa berefek ke turunnya sebagian polusi udara Jakarta, tentu bukan dalam jangka waktu pendek.
Metode water mist mempunyai dampak langsung dan tak langsung. "Dampak langsungnya tentu pengurangan polutan pada radius yang dekat, misalnya 50 meter," kata Perekayasa Ahli Utama BMKG, Tri Handoko Seto,dalam bincang melalui kanal JakTV.
Begitu polutan berkurang pada radius dekat, bisa saja tempat yang rapat atau yang tidak terdampak langsung oleh, akan mengisi dan bergeser, lalu polutan bisa berkurang. "Dan itu dampaknya diharapkan dapat merata," katanya.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I EIBEN HEIZAR I AISYAH AMIRA WAKANG i ANNISA FEBIOLA
Pilihan Editor: DKI Tambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Pengusaha Diminta Beli Water Mist