TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irfan Budi Pramono, memperkirakan kebutuhan air untuk warga DKI Jakarta lebih besar dibanding persediaan yang ada. Dalam setahun, seisi Jakarta membutuhkan 30 ribu liter per detik, namun saat ini yang bisa disalurkan ke masyarakat hanya 18 ribu liter air per detik.
“Ini akan menjadi bom waktu, jika kita tidak mengantisipasi bagaimana mempertahankan air yang ada," katanya dalam diskusi daring Profesor Talk di BRIN, Selasa, 23 Juli 2024.
Menurut Irfan, kebutuhan air di ibu kota pada 2015 jauh lebih sedikit dibanding saat ini. Tingkat kebutuhan itu melonjak menjadi 30 ribu liter per detik dalam sembilan tahun. “Untuk tahun selanjutnya diperkirakan akan semakin meningkat," ujar peneliti dari Pusat RIset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN tersebut.
Kondisi persediaan air yang tidak seimbang dengan kebutuhan ini juga bisa terjadi di wilayah Indonesia lainnya. Kebutuhan air semakin tinggi di kala kekeringan, imbas perubahan iklim di skala global. Irfan Irfan yang merupakan alumnus doktoral Ilmu Lingkungan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta itu menyebut risiko kekurangan air dibarengi dengan peningkatan suhu udara secara signifikan.
“Kekurangan air makin lama semakin besar, di tempat lain mungkin akan sama seperti Jakarta,” tutur Irfan.
Irfan menyarankan pengelolaan dan pemberdayaan kawasan daerah aliran sungai atau DAS. Menurut dia, persediaan air terjaga selama DAS di sepanjang sungai besar dan kecil bisa mengalikan air ke banyak wilayah. Infrastruktur alam, seperti pengelolaan kawasan lahan basah dan tanaman di tepi sungai, juga sangat diperlukan.
Dia juga merekomendasikan restorasi dan konservasi lahan basah, misalnya dengan reboisasi. “Bahkan bisa dilakukan pula upaya pencegahan krisis air dengan membuat taman hijau perkotaan," ujar Irfan
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah meningkatkan infiltrasi air dan kapasitas penyimpanan lahan basah atau tanah. Masyarakat juga bisa memperpanjang umur waduk dengan mengurangi pendangkalan dasar sungai.
Pengisian akuifer juga dianjurkan. Akuifer yang menjadi lapisan bawah tanah dapat mengalirkan air ke berbagai penjuru, bahkan ke lahan yang merupakan formasi batuan. Ketersediaan air tanah yang banyak bisa dijadikan cadangan.
"Diharapkan pula adanya keterlibatan dan edukasi masyarakat lokal. Misalnya dengan pemilihan tanah lokasi DAS, pemantauan usia DAS dan inisiatif pengelolaannya," kata Irfan.
Pilihan Editor: Temukan Lagi 114 Siswa Siluman SMAN di Tangerang, Ombudsman: Alasan Sekolah Karena ...