Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Masyarakat Adat Sedunia Ingatkan Ancaman Triple Planetary Crisis dan Solusinya

image-gnews
Foto udara sejumlah warga menggunakan perahu mesin memanen sumer daya laut saat Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin, 25 Maret 2024. Sasi merupakan tradisi adat dalam mengelola sumber daya laut berkelanjutan secara turun temurun dimana pada prosesi Buka Sasi tersebut Kelompok Sasi Perempuan Waifuna dan masyarakat Kapatcol yang didukung oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dapat memanen biota laut yang disepakati, seperti teripang, lobster dan lola. ANTARA/Bayu Pratama S
Foto udara sejumlah warga menggunakan perahu mesin memanen sumer daya laut saat Tradisi Buka Sasi di Perairan Misool, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Senin, 25 Maret 2024. Sasi merupakan tradisi adat dalam mengelola sumber daya laut berkelanjutan secara turun temurun dimana pada prosesi Buka Sasi tersebut Kelompok Sasi Perempuan Waifuna dan masyarakat Kapatcol yang didukung oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dapat memanen biota laut yang disepakati, seperti teripang, lobster dan lola. ANTARA/Bayu Pratama S
Iklan

TEMPO.CO, Bogor - Kelompok Kerja Areal Konservasi Kelola Masyarakat Indonesia mengajak publik dan para pengambil kebijakan mengambil aksi konkret dalam mengatasi ancaman Triple Planetary Crisis. Ajakan diserukan bertepatan dengan Hari Masyarakat Adat Sedunia yang jatuh pada hari ini, Jumat 9 Agustus 2024.

Triple Planetary Crisis yang dimaksud adalah perubahan iklim, polusi, dan hilangnya biodiversitas. Kelompok kerja itu menekankan aksi konkret kolektif yang termasuk melibatkan masyarakat adat untuk menghadapinya. 

"Masyarakat adat dan pengetahuan tradisionalnya telah terbukti efektif dan berhasil dalam mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim," bunyi ajakan itu seperti yang dibagikan dalam siaran pers Working Group ICCAs (Indigenous and Community Conserved Areas) Indonesia hari ini.

Atas dasar itu pula, tema Hari Masyarakat Adat Sedunia tahun ini adalah 'Masyarakat Adat: Inovasi dan Pengetahuan Tradisional'. Tema dan ajakan ini juga dinilai sejalan dengan dorongan global lewat berbagai komitmen seperti KM-GBF (Kunming Montreal-Global Biodiversity Framework) dan Paris Agreement.  

Meskipun dorongan semakin kuat untuk mengakui hak-hak masyarakat adat, dan praktik konservasinya telah terbukti jauh lebih efektif dan berkelanjutan, Kelompok Kerja Areal Konservasi Kelola Masyarakat Indonesia menilai hak-hak masyarakat adat di Indonesia belum terlindungi dan mendapat kepastian hukum secara maksimal. Ini disebutkan tercermin dalam beberapa kebijakan UU-KSDAHE (Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) yang baru saja direvisi.

"Misalnya terkait pasal yang mengatur Areal Preservasi yang belum begitu jelas, dan berpotensi menimbulkan konflik di lapangan dengan adanya pasal yang mengatur tentang pelepasan hak atas tanah yang bagi pemegang izin yang tidak melakukan kegiatan konservasi (ala negara)," tutur Ihsan Maulana, Policy Engagement Officer di Kelompok Kerja itu dalam keterangan tertulis yang sama.

UU KSDAHE juga disebutkannya tidak mengatur prinsip persetujuan (Free, Prior, Informed Consent) dan mekanisme resolusi konflik untuk penetapan kawasan konservasi yang dilakukan di wilayah adat. Bahkan secara keseluruhan UU KSDAHE dipandang tidak menunjukkan perubahan yang transformatif.

"Dengan kondisi berbagai kebijakan yang tidak berpihak pada Masyarakat Adat, maka RUU Masyarakat Adat harus menjadi prioritas agenda legislasi nasional," kata Ihsan sambil menambahkan, "Ketiadaan UU Masyarakat Adat, akan menempatkan Masyarakat Adat dan lingkungan hidup dalam kondisi yang semakin terancam."

Selain UU KSDAHE, kritik juga tertuju kepada dokumen Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) yang diluncurkan Kamis, 8 Agustus 2024. Dokumen ini ditujukan sebagai kebijakan dan panduan implementasi Kunming Montreal-Global Biodiversity Framework.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat peluncuran, Cindy Julianty selaku Program Manager di Kelompok Kerja Areal Konservasi Kelola Masyarakat Indonesia, telah menyampaikan bahwa ndonesia bukan hanya negara Mega-Biodiversity, tapi juga negara Bio-Cultural Mega-Diversity. "Leluhur sudah mengajarkan kita bagaimana hidup harmoni dengan alam, sehingga konservasi keanekaragaman hayati adalah bagian dari kebudayaan kita," katanya.

Ditegaskan Cindy, praktik yang dilakukan masyarakat adat telah berkontribusi terhadap konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari keanekaragaman hayati. Karenanya, dia menyatakan, dapat juga dihitung sebagai kontribusi pada capaian menurut IBSAP. 

"Kuncinya adalah pada pengakuan dan perlindungan pemerintah terhadap hak-hak masyarakat adat, karena pengetahuan tradisional dan kekayaan budaya kita adalah aset bangsa.” katanya lagi.

Foto aerial kawasan hutan Gunung Batu Benau, Desa Sajau Metun, Kabupeten Bulungan, Kalimantan Utara. Untuk melindungi keberlangsungan hidup Suku Punan Batu Benau Sajau, Pemerintah Kabupaten Bulungan memberikan Surat Keputusan Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat (MHA) sebagai legalitas untuk memperkuat eksistensi masyarakat adat. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Pada momentum Hari Keanekaragaman Hayati pada Mei lalu, Kelompok Kerja merilis data registrasi Areal Konservasi Kelola Masyarakat. Dicatat, ada 524.501 hektare wilayah yang dilindungi oleh masyarakat adat dan komunitas lokal melalui praktik kearifan lokal, dengan potensi seluruhnya mencapai 4,2 juta hektare. 

Praktik-praktik itu tersebar di berbagai tipe lanskap dan ekosistem, baik di wilayah daratan, maupun pesisir dan laut, seperti tana’ ulen, leweung titipan, lubuk larangan, awig-awig, sasi, dan lain-lain.

Kelompok Kerja Areal Konservasi Kelola Masyarakat Indonesia terbentuk pasca-Simposium Areal Konservasi Kelola Masyarakat di Bogor 13-14 Oktober 2011. Kelompok Kerja ini beranggotakan 20 organisasi masyarakat sipil di Indonesia diantaranya adalah JKPP, AMAN, Sawit Watch, Pusaka, HuMa, KIARA, BRWA, Sawit Watch, NTFP-EP Indonesia dan WWF Indonesia.

Pilihan Editor: Studi Ungkap Microwave Rumah Aneka Bakteri

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Senior Minister and Coordinating Minister for National Security H.E Teo Chee Hean menyampaikan paparan saat menjadi keynote speaker dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Paparan tersebut mengangkat terkait dengan ASEAN Sustainability Pathways. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

Menhan Singapura menilai untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tindakan kolektif dan konsisten dari semua pemangku kepentingan


Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

2 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai acara di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

Presiden Jokowi kembali menyoroti tantangan berat dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Apa katanya?


Surati Paus Fransiskus, AMAN Cerita soal Proyek Pemerintah Ancam Masyarakat Adat

3 hari lalu

Paus Fransiskus menyapa para jurnalis yang ikut dalam rombongannya menuju Indonesia di dalam pesawat Italian Airways, 2 September 2024. Setengah jam setelah pesawat lepas landas dari Roma menuju Jakarta, Paus Fransiskus keluar dari kelas bisnis untuk menemui 80 wartawan yang berada di bagian tengah dan belakang. Tanpa tongkat di tangannya, ia menyusuri lorong pesawat dari depan hingga ke belakang. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Surati Paus Fransiskus, AMAN Cerita soal Proyek Pemerintah Ancam Masyarakat Adat

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) telah mengirimkan surat kepada Paus Fransiskus terkait perampasan wilayah adat oleh perusahaan milik Keuskupan Maumere dan Larantuka di Nusa Tenggara Timur.


Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

4 hari lalu

Anomali Harga Gabah di Musim Kemarau BPS melaporkan penurunan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar 1,15% pada Agustus 2024, di tengah tantangan El Nino dan kemarau panjang. Dok. Kementan
Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

Penurunan harga beras sebagian besar disebabkan oleh beberapa wilayah sentra yang tengah memasuki masa panen raya. Sementara itu, kenaikan harga di sejumlah daerah umumnya terjadi di wilayah yang tidak sedang dalam masa panen.


Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

8 hari lalu

Seorang petani menunjukkan tanaman padi berumur sekitar satu bulan mati akibat kekeringan di area persawahan Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa 30 Juli 2024. Sebagian sawah petani di Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo dan Kecamatan Samatiga mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

Koalisi Masyarakat Sipil mendorong pemerintah menjadikan momentum penyerahan dokumen kontribusi iklim dalam SNDC sebagai upaya koreksi komitmen iklim.


Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

9 hari lalu

Asap dan api dari kebakaran hutan menjadi latar belakang rumah-rumah di seberang Danau Okanagan di West Kelowna, British Columbia, Kanada, 17 Agustus 2023. REUTERS/Dan Riedlhuber
Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

Kuantifikasi emisi karbon dari kebakaran hutan ekstrem di Kanada pada tahun lalu tersebut dilakukan lewat kajian tim di Laboratorium Propulsi Jet NASA


Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

9 hari lalu

Paus Fransiskus mengadakan audiensi umum mingguan di Vatikan, Rabu, 28 Agustus 2024. REUTERS/Ciro De Luca
Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

Paus Fransiskus akan menempuh perjalanan sejauh 33.000 km untuk mengunjungi empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.


DPR Didesak untuk Segera Sahkan RUU Masyarakat Adat

12 hari lalu

Kesenian rengkong dari masyarakat adat Rancakalong, Sumedang, di Festival Seni Budaya Masyarakat Adat Jawa Barat Pinton Ajen Festival di Alam Santosa, Kabupaten Bandung, 23 Juli 2024. Saat ini ada 35 daftar pencatatan kekayaan intelektual komunal masyarakat adat di Jawa Barat. Upaya pengakuan atas karya seni dan budaya masyarakat adat ini diharapkan jadi pemicu dibuatnya aturan atau undang-undang untuk melindungi masyarakat adat. TEMPO/Prima mulia
DPR Didesak untuk Segera Sahkan RUU Masyarakat Adat

Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) mendesak pemerintah dan DPR segera mengesahkan RUU Masyarakat Adat


3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Punah

12 hari lalu

Sejumlah petani menampilkan atraksi kesenian budaya subak saat pembukaan Jatiluwih Festival 2024 di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Sabtu 6 Juli 2024. Kegiatan yang digelar di objek wisata yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia tersebut menampilkan atraksi budaya tradisional, kuliner, UMKM, dan potensi desa yang berkaitan dengan pertanian untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berlangsung pada 6-7 Juli 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Punah

Penelitian Climate X , menyoroti Situs Warisan Dunia mana saja yang dapat musnah karena perubahan iklim.


Dampak Perubahan Iklim, Pakar UI Peringatkan Tren Naiknya Masalah Kesehatan

12 hari lalu

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Dampak Perubahan Iklim, Pakar UI Peringatkan Tren Naiknya Masalah Kesehatan

Pengajar UI Budi Haryanto mengingatkan soal dampak perubahan iklim terhadap meningkatnya masalah kesehatan.