TEMPO.CO, Jakarta - Jepang kembali diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,1 SR pada Kamis, 8 Agustus 2024 hingga Badan Meteorologi setempat memberikan peringatan soal gempa besar yang dikaitkan dengan Gempa Megathrust. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Dilansir dari laman CNA, gempa bumi magnitudo 7,1 SR itu mengguncang Jepang selatan yang terjadi pada pukul 4.42 sore (7.42 pagi GMT) di lepas pantai Kyushu pada kedalaman 25 km, berdasarkan data Survei Geologi Amerika Serikat.
Meski tak ada laporan kerusakan, Asosiasi Meteorologi Jepang (JMA) untuk pertama kalinya mengeluarkan peringatan di bawah peraturan baru yang dibuat setelah gempa bumi, tsunami dan bencana nuklir tahun 2011 yang menewaskan sekitar 18.500 orang.
Peringatan tersebut menyatakan bahwa jika gempa besar terjadi di masa depan, maka guncangan yang kuat dan tsunami besar akan terjadi. Adapun peringatan ini berkaitan dengan "zona subduksi" atau zona megathrust yang ada di Palung Nankai di antara dua lempeng tektonik di Samudra Pasifik, di mana gempa bumi dahsyat pernah terjadi di masa lalu.
Tepatnya pada 1707 ketika semua bagian Palung Nankai pecah sekaligus yang mengakibatkan gempa bumi yang hingga kini dikenal sebagai gempa bumi terkuat kedua yang pernah tercatat di negara itu.
Zona Megathrust di Indonesia
Dilansir dari Antara, berdasarkan buku Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017 dengan hasil kajian para pakar gempa bumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust.
Adapun zona megathrust merupakan istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Ketika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting) sehingga gempa dalam skala besar di laut dapat memicu tsunami. Salah satu zona sumber kejadian gempa bumi di Indonesia berdasarkan mekanisme fisik adalah zona subduksi yang merupakan zona kejadian gempa bumi yang terjadi di sekitar pertemuan antar lempeng. Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai “patahan naik yang besar” disebut sebagai Zona Megathrust.
Zona megathrust pun bukanlah hal baru di wilayah Indonesia, di mana zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti:
1. Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba,
2. Subduksi Banda
3. Subduksi Lempeng Laut Maluku
4. Subduksi Sulawesi
5. Subduksi Lempeng Laut Filipina,
6. Subduksi Utara Papua.
Berdasarkan catatan sejarah, sejak tahun 1700 pada zona Gempa Megathrust Selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar (major earthquake) dan dahsyat (great earthquake).
Gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 telah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu tahun 1903 (M7,9), 1921 (M7,5), 1937 (M7,2), 1981 (M7,0), 1994 (M7,6), 2006 (M7,8) dan 2009 (M7,3). Sementara itu, gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar sudah terjadi 3 kali, yaitu tahun 1780 (M8,5), 1859 (M8,5), dan 1943 (M8,1).
Pilihan editor: Mengenal Ancaman Gempa Megathrust yang Menghantui Jepang