Suatu hari di pertengahan 2014, Reza Permadi berangkat dari Jakarta untuk naik Gunung Semeru. Ia membawa tas ransel di punggung berisi berbagai perlengkapan mendaki. Setelah tiba di lokasi ternyata pendakian ditutup. Ia pun kecewa berat karena satu hal mendasar, informasi soal ditutupnya pendakian di sana tidak tersebar luas.
Ongkos dan biaya perjalanan pun terbuang percuma. Meski telah disusun dengan matang, perjalanan ternyata batal. “Hal itu yang memicu saya menciptakan Atourin ini,” kata Reza Permadi, pekan lalu.
“Kalau saja ada platform yang menginformasikan jika pendakian ditutup, para pengunjung bisa lebih tertolong dan biaya perjalanan mereka tidak terbuang percuma,” ujar dia.
Sejumlah wisatawan pengguna Atourin saat menanam mangrove di Muaragembong, Kabupaten Bekasi. dok Reza Permadi Atourin
Reza dikenal memiliki passion mendalam terhadap wisata. Saat kuliah ia kerap mengelola kunjungan ke sejumlah tempat menarik, misalnya gunung dengan batuan unik. Proyak itu ia namai Geotour Indonesia.
Minatnya terhadap pariwisata ia dalami dengan mengambil S2 jurusan Sustainable Tourism di Binus. Di bangku pascasarjana, ia belajar tentang smart tourism atau pariwisata cerdas. Ketika diberi tugas kuliah, Reza membuat sistem tentang visitor management system atau manajemen pengunjung. “Tugas kuliah itulah yang menjadi embrio AVMS ini,” ujarnya.
Setelah lulus, ia bersama rekan-rekannya, Rico dan Johar, berhasil membangun sebuah platform digital inovatif bernama Atourin pada tahun 2019. Atourin hadir sebagai solusi bagi pelaku pariwisata di Indonesia, terutama desa wisata, untuk memasarkan produk wisatanya secara lebih efektif dan efisien.
“Atourin bukan sekadar agen perjalanan biasa, melainkan sebuah marketplace yang menghubungkan langsung antara pemilik produk wisata misalnya desa wisata, homestay dengan wisatawan. Dengan menggunakan sistem Visitor Management System yang canggih, Atourin mampu mengelola kunjungan wisatawan secara otomatis, transparan, dan tanpa menggunakan kertas,” kata Reza.
Salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan pariwisata desa adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang teknologi digital. Atourin berupaya mengatasi hal ini dengan memberikan pelatihan dan edukasi kepada pelaku pariwisata desa. Melalui pelatihan, para pelaku wisata diajarkan cara membuat produk wisata yang menarik, menghitung biaya, dan memasarkannya melalui platform Atourin.
Selama pandemi COVID-19, Atourin beralih fokus ke pengembangan fitur virtual tour untuk memungkinkan wisatawan tetap dapat menikmati keindahan Indonesia secara virtual. Di Pulau Pramuka misalnya, saat pandemi COVID-19 merebak, KBA Pulau Pramuka bekerja sama dengan Atourin menyelenggarakan wisata virtual.
“Kami bekerjasama dengan Atourin sejak 2020 saat pandemi. Waktu itu Pulau Pramuka juga terkena imbas pandemi. Kerjasama dengan Atourin, wisata virtual, cukup banyak. Hampir setiap pekan full wisata virtual dan peserta yang mengikuti juga luar biasa. Selain itu Atourin menambahkan jaringan dengan para peserta yang kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah, yang setelah pandemi turut datang langsung ke Pulau Pramuka” kata Mahariah Sandre, Ketua Rumah Literasi Hijau Pulau Pramuka.
Setelah pandemi mereda, AVMS kembali diluncurkan dan disambut baik oleh banyak pelaku pariwisata. Kali ini tak hanya melayani wisata virtual, Reza membangun tim dan membuat aplikasi. Tim terdiri dari 3 orang ahli IT, ada tim kreatif desain, tim markom, juga seorang pengembangan bisnis. “Tim terdiri dari berbagai kelompok umur, ada Gen Z milenial bahkan ada ahli IT yang berumur 45 than,” kata Reza yang sedang berada di Kalimantan Selatan dalam acara Anugerah Desa Wisata Indonesia, sedang ada lomba desa wisata dari Kemenparekraf.
Saat ini, meskipun telah meraih banyak pencapaian, Atourin masih menghadapi beberapa tantangan, seperti mengubah mindset pelaku pariwisata desa yang masih enggan beralih ke digital dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang konsep komisi dan harga agen. Namun, dengan dukungan dari Kementerian Pariwisata dan kerja sama yang erat dengan para mitra, Atourin terus berupaya memperluas jaringan dan jangkauannya.
Atourin memiliki visi yang besar untuk menjadi platform digital terkemuka yang menghubungkan wisatawan dengan kekayaan alam dan budaya Indonesia. Dengan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, Atourin berharap dapat memberdayakan masyarakat desa, meningkatkan kunjungan wisatawan, dan berkontribusi pada pembangunan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
Sebagai bentuk apresiasi atas inovasi dan kontribusinya, Atourin telah meraih penghargaan sebagai aplikasi unik terbaik dari Google pada 2022. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa Atourin telah berhasil menciptakan solusi yang inovatif dan relevan bagi industri pariwisata di Indonesia.
Selanjutnya: Membantu Wewujudkan Tourism Goes Digital