TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menarget realisasi program cetak sawah baru Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, secara bertahap. Bappenas mengungkap tantangan yang dihadapi di lapangan, terutama dukungan yang didapat dari proyek waduk Presiden Joko Widodo saat ini.
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya di Bappenas, Vivi Yulaswati, mengatakan pencetakan sawah harus terintegrasi dengan proyek prioritas yakni pembangunan waduk. Menurut dia, dari target pembangunan 63 waduk oleh Presiden Jokowi dalam 5 tahun terakhir, yang terealisasi baru 21 waduk. Itu pun masih fokus ke pengadaan air minum, belum terintegrasi dengan jaringan irigasi buat pertanian.
"Kalau kita bicara cetak sawah pada 2025, era presiden terpilih, kita mulai dulu dari daerah yang ada waduk dan ada jaringan irigasi, yakni cuma ada 600 ribu hektare," katanya dalam sebuah seminar nasional di Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2024. Seperti diketahui, dalam masa kampanyenya, Prabowo menyatakan program cetak sawah baru sampai seluas 4 juta hektare.
Menurut Vivi, sebagian besar sawah yang ada di Indonesia adalah tadah hujan. Itu pula yang menyebabkan revisi anggaran untuk Kementerian Pertanian untuk pengadaan pompa air pada tahun lalu. "Jadi ribut nih, pompanisasi didistribusikan tapi air tidak dapat. Hal itu karena air waduk cuma didesain untuk air baku PDAM di kota, di bawah. Itu rame di lapangan," kata Vivi menambahkan.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah mengusulkan penambahan anggaran kementeriannya sebesar Rp 51 triliun untuk tahun anggaran 2025 ke DPR. Sebanyak separuh dari permintaan tambahan itu disebutkan akan dialokasikan untuk kepentingan cetak sawah satu juta hektare.
"Kementan mengusulkan tambahan anggaran untuk mendukung Astra Cita presiden terpilih, khususnya untuk cetak sawah satu juta hektare senilai Rp 25 triliun. Maka dari itu, usulan tambahan anggaran tahun 2025 ada sebesar Rp 51 triliun," kata Amran, dikutip dari siaran langsung kanal YouTube, Kamis 20 Juni 2024, lalu.
Pilihan Editor: BRIN Kaji Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Mengatasi Polusi Udara