Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti BRIN Optimalkan Performa Sel Surya Generasi Ketiga, Apa Bedanya dengan Generasi Sebelumnya?

image-gnews
Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Natalita Maulani Nursam. Dok Humas BRIN
Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Natalita Maulani Nursam. Dok Humas BRIN
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan sel surya sebagai pembangkit listrik di dunia saat ini mengalami kenaikan signifikan, yaitu rata-rata 40 persen setiap tahunnya. Oleh karena itu, sel surya disebut sebagai teknologi kunci dalam upaya dekarbonisasi global. 

Sel surya dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi listrik melalui mekanisme fotovoltaik. Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar, yaitu sebesar 283 gigawatt, namun pemanfaatannya masih tertinggal dibanding sumber energi lain. 

Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang baru saja dikukuhkan, Natalita Maulani Nursam, mengungkapkan tumbuh pesatnya perkembangan teknologi mengakibatkan adanya pergeseran paradigma penggunaan panel surya yang tadinya hanya digunakan sebagai skala utilitas menjadi kebutuhan sektor yang lebih beragam, seperti elektronik, transportasi serta infrastruktur IOT, baik di luar maupun di dalam ruangan. 

“Kebutuhan tersebut saat ini belum mampu sepenuhnya dipenuhi oleh sel surya berbasis silikon karena keterbatasan karakteristiknya. Oleh karena itu, spesifikasi sel surya di masa depan harus mampu memenuhi empat aspek utama, yaitu mampu menghasilkan efisiensi yang tinggi, memerlukan biaya rendah dan bersifat versatile untuk dapat diimplementasikan pada sektor yang luas,” kata Natalita dikutip dari keterangan resmi BRIN, Kamis, 15 Agustus 2024.

Oleh karena itu, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Elektronika BRIN ini secara konsisten aktif melakukan penelitian terkait pengembangan material dan perangkat sel surya, khususnya teknologi sel surya generasi ketiga yang berbasis pewarna tersensitasi maupun  berbasis material perovskite. 

Perempuan kelahiran Lamongan itu menjelaskan, berdasarkan perkembangannya, teknologi sel surya dapat dikategorikan menjadi tiga generasi. Generasi pertama didominasi oleh sel surya berbasis material silikon kristal. Tantangan yang dihadapi pada generasi ini salah satunya terdapat pada aspek biaya material yang tinggi juga bersifat rigid dan hanya mampu menyerap cahaya dengan intensitas tinggi, sehingga sulit digunakan pada lingkungan dengan kondisi cahaya redup atau yang membutuhkan fleksibilitas.

Sel surya berikutnya yakni generasi dua yang salah satu target utamanya adalah penggunaan material absorber setipis mungkin untuk mengurangi biaya. Namun, kata Natalita, beberapa material sel surya pada generasi ini memiliki kelemahan dari sisi material yang bersifat beracun sehingga menimbulkan kekhawatiran dari aspek kesehatan dan lingkungan.

Karakteristik sel surya generasi ketiga ditandai dengan penggunaan material organik maupun inorganik atau gabungan keduanya yang disebut hybrid. Dye-sensitized solar cell (DSSC) dan perovskite solar cell (PSC) adalah sel surya yang termasuk dalam kategori hybrid. Sel surya ini prosesnya lebih sederhana dibandingkan fabrikasi sel surya silicon, serta dapat dilakukan dengan biaya material jauh lebih murah.

Dari sisi material, Natalita menyebutkan terdapat tiga komponen utama yang dengan optimasi dapat meningkatkan performa DSSC. Komponen tersebut terdiri dari fotoanoda yang berfungsi untuk menyerap cahaya dan membangkitkan muatan; elektroda lawan yang berperan sebagai katalis; dan elektrolit yang berfungsi untuk meregenerasi electron. 

Beberapa riset yang dilakukannya untuk mengoptimalkan performa DSCC di antaranya berupa modifikasi morfologi fotoanoda dengan kombinasi TiO2 mesipori dan nanorod yang mampu mempercepat laju electron transfer. Kemudian pada counter electrode (CE) telah dilakukan rekayasa material berbasiskan modifikasinya yang mampu menghasilkan konduktivitas tinggi. Kemudian pada elektrolit telah dilakukan inovasi berupa penambahan polimer dan penggunaan high viscosity solvent sehingga diperoleh DSCC yang lebih stabil. 

“Selain itu rekayasa optik melalui penambahan lapisan anti-refleksi berbahan colloidal silica juga telah dibuat dan dipatenkan. Penambahan silika ini juga terbukti dapat mempertahankan performa sel surya pada kondisi basah dikarenakan oleh sifat super hidrofilik materialnya,” kata doktor bidang kimia lulusan Melbourne University tersebut. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, dari sisi perangkat rata-rata 60 hingga 80 persen biaya pabrikasi DSCC konvensional berstruktur sandwich dialokasikan untuk biaya substrat kaca konduktif.  Pada riset ini telah dibuat suatu inovasi DSCC dengan konfigurasi monolitik yang hanya memerlukan satu buah substrat sehingga biaya materialnya jauh lebih rendah.  Selain itu fabrikasi DSCC ini juga lebih mudah untuk diadaptasikan pada proses manufaktur di industri. 

Lebih lanjut, ibu dua orang anak yang telah menghasilkan sembilan paten tersebut menekankan, riset yang berfokus pada fabrikasi modul DSCC adalah suatu langkah logis untuk menjembatani riset skala lab dan industri. Fabrikasi solar window atau jendela penghasil listrik menggunakan teknologi DSCC telah berhasil dibuat. Di mana modul ini difabrikasi secara fully printed menggunakan teknologi yang ramah industri.

Selanjutnya pengembangan material berbasis karbon juga telah dilakukan untuk aplikasi back contact pada sel surya berbasis perovskite. Selain harganya yang lebih murah dibanding logam mulia, PSC dengan elektroda karbon juga terbukti lebih stabil salah satunya karena terhindar dari korosi akibat akumulasi ion. 

“Proses deposisi karbon juga relatif sederhana sehingga sesuai untuk up-scalling. Kombinasi penggunaan elektroda karbon dan whole transport material berupa graphine oxide telah mampu menghasilkan sel surya berbasis perovskite dengan performa baik dan berdasarkan studi numerik diprediksi mampu mencapai efisiensi lebih dari 16 persen,” kata Natalita. 

Meskipun demikian, Natalita mengakui implementasi sel surya generasi ketiga pada level aplikasi dan komersialisasi masih menyisakan banyak tantangan. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah kestabilan. “Di mana enkapsulasi merupakan salah satu faktor kunci yang masih memerlukan optimasi. Riset PSC dan DSCC ke depan juga diarahkan pada pemanfaatan bahan alam lokal seperti penggunaan TiO2  hasil ekstraksi mineral dari limbah buangan proses tambang timah,” katanya.

Natalita menekankan, peningkatan performa sel surya generasi ketiga telah berhasil dilakukannya melalui optimasi material maupun device. Kedua, pemilihan material yang murah, stabil dan melimpah menjadi fokus utama.  Dan ketiga teknik fabrikasi yang digunakan telah memprioritaskan potensi adaptasinya untuk proses manufaktur skala industri 

“Perkembangan teknologi sel surya generasi ketiga berlangsung lebih cepat dan dinamis dibanding generasi pendahulunya, sehingga masih diperlukan riset yang masif untuk mengimbangi perkembangannya secara global,” katanya.

Terakhir ia menyampaikan perlu adanya dukungan menyeluruh dari BRIN, akademisi dan industri termasuk perlunya kebijakan untuk mendorong munculnya pelaku industri baru yang inovatif dan kreatif. Dukungan dan sinergitas antara berbagai pihak mutlak diperlukan untuk mendorong pemanfaatan hasil riset sel surya ini agar dapat berkontribusi menuju pencapaian target net zero emission. 

Pilihan Editor: BRIN Mengkaji Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Atasi Polusi Udara

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

1 hari lalu

Spesies anggrek Dendrobium sagin, satu di antara delapan spesies baru tumbuhan yang ditemukan di Indonesia sepanjang 2020 lewat penelitian kolaborasi LIPI. (LIPI/REZA SAPUTRA)
Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

Total anggrek Indonesia yang sudah dievaluasi IUCN Red List baru sebatas 230 spesies. Padahal, Indonesia memiliki hingga 4.200 spesies anggrek.


Peneliti BRIN Jelaskan Prospek dan Kebutuhan Pengembangan Vaksin Hepatitis C

1 hari lalu

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock
Peneliti BRIN Jelaskan Prospek dan Kebutuhan Pengembangan Vaksin Hepatitis C

Peneliti BRIN mengatakan, pengembangan vaksin Hepatitis C bisa dilakukan jika peneliti dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama.


Dampak Gempa Maksimal di Segmen Megathrust dan Cuaca Ekstrem Bogor Awas Berulang di Top 3 Tekno

3 hari lalu

Peta potensi gempa besar (megathrust) Mentawai. dok. IAGI Sumbar
Dampak Gempa Maksimal di Segmen Megathrust dan Cuaca Ekstrem Bogor Awas Berulang di Top 3 Tekno

op 3 Tekno Berita Terkini pada Rabu pagi ini, 4 September 2024, dipuncaki artikel penjelasan segmen-segmen megathrust di Indonesia oleh peneliti BRIN.


Melongok PLTA Bengkok, Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan yang Berusia Lebih dari Satu Abad

3 hari lalu

Mesin turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok Bandung, 3 September 2024. PLTA peninggalan Belanda ini masih beroperasi sampai saat ini. TEMPO/Ilona Esterina
Melongok PLTA Bengkok, Pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan yang Berusia Lebih dari Satu Abad

Di tengah kota Bandung terdapat PLTA Bengkok, pembangkit listrik ramah lingkungan yang berusia 101 tahun. Seperti apa profilnya?


Masih Ada Kesempatan, BRIN Buka 500 Formasi CPNS 2024, Simak Persyaratannya

3 hari lalu

Peserta seleksi kompetensi dasar (SKD) calon pegawai negeri sipil (CPNS) antre mengecek nomor ujian sebelum memasuki ruangan tes di Convention Hall Simpang Lima Gumul, Kediri, Jawa Timur, Rabu 8 September 2021. SKD CPNS sejumlah daerah yang berlangsung hingga 11 September 2021 berpusat di Kediri tersebut menerapkan standar protokol kesehatan sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Masih Ada Kesempatan, BRIN Buka 500 Formasi CPNS 2024, Simak Persyaratannya

Tersedia sebanyak 500 formasi CPNS 2024 BRIN. Kesempatan diberikan kepada lulusan doktor (S3) untuk mengisi jabatan fungsional Peneliti Ahli Muda.


Peneliti BRIN Jelaskan Sebaran 15 Segmen Megathrust di Indonesia dan Simulasi Dampaknya

4 hari lalu

Peta zona gempa megathrust. (Pusat Studi Gempa)
Peneliti BRIN Jelaskan Sebaran 15 Segmen Megathrust di Indonesia dan Simulasi Dampaknya

Simulasi gempa maksimal dari Segmen Megathrust Jawa Barat menghasilkan prediksi tsunami sampai 20 meter di pesisir. Bangunan roboh bisa sampai Jakarta


Peneliti BRIN: Lokasi Megathrust Umumnya di Sisi Barat Sumatera hingga Selatan Jawa

5 hari lalu

Segmentasi Megathrust Peta Gempa Nasional 2017. Kredit: Istimewa
Peneliti BRIN: Lokasi Megathrust Umumnya di Sisi Barat Sumatera hingga Selatan Jawa

Menurut peneliti BRIN, lokasi megathrust ini umumnya terletak di sisi barat Sumatera hingga selatan Jawa. Bidangnya seukuran Pulau Jawa.


Menteri Rosan Bertemu PM Singapura, Bahas Investasi Carbon Capture Storage, Startup hingga Pembangkit Listrik

5 hari lalu

Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani (tengah) melakukan pertemuan dengan Menteri Tenaga Kerja yang juga Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng di Singapura, Senin (27/8/2024). (ANTARA/HO-BKPM)
Menteri Rosan Bertemu PM Singapura, Bahas Investasi Carbon Capture Storage, Startup hingga Pembangkit Listrik

Menteri Investasi Rosan Roeslani, bertemu dengan PM Singapura, Lawrence Wong. untuk menjajaki Jajaki investasi dI sektor


Kapal Kuno yang Ditemukan di Bintan Disebut "Kapal Lancang Kuning", Ini Kata Arkeolog

6 hari lalu

Tim menemukan artefak dari dalam lambung kapal, terdiri dari fragmen keramik, kaca dan benda logam menyerupai kunci. Dok. Istimewa
Kapal Kuno yang Ditemukan di Bintan Disebut "Kapal Lancang Kuning", Ini Kata Arkeolog

Hasil sementara penelitian kapal kuno abad ke 12 Masehi yang ditemukan tertimbun di pasir di pantai kawasan Lagoi Bintan, Provinsi Kepulauan cukup uni


Kapal Kuno yang Ditemukan di Pesisir Bintan Diteliti, Kerja Sama dengan Italia

7 hari lalu

Penampakan kapal kuno dari abad ke-12 yang ditemukan di pesisir Lagoi Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Foto BRIN-UNIVERSITAS NAPOLI L'ORIENTALE
Kapal Kuno yang Ditemukan di Pesisir Bintan Diteliti, Kerja Sama dengan Italia

Kapal tersebut sudah ditemukan sejak 2016 di Bintan, namun penelitian dilanjutkan dua tahun belakangan.