TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Rekayasa Genetika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Joko Pebrianto Trinugroho, mengatakan microbial omics atau omiks pada mikroba bisa dipelajari untuk berbagai tujuan. Sejauh ini, masih banyak mikroba yang belum dipelajari secara komprehensif, baik soal fungsi, struktur, serta manfaatnya. Salah satu aspek yang bisa dikulik dari mikroba adalah patogenitasnya.
“Misalnya pada masa pandemi Covid-19, kita dapat membedakan berbagai varian (virus) dan dampak yang dapat dilihat dari mutasi pada genomnya,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis, 29 Agustus 2024.
Hasil kajian soal patogenitas mikroba itu nantinya bisa diolah lagi dengan proteomika. “Kita dapat mengakses soal proses patogenesisnya dan juga memperkirakan obat atau senyawa apa yang dapat digunakan untuk menghalaunya,” kata Joko
Omiks merupakan ilmu tentang sejumlah besar data yang berisi struktur dan fungsi sistem biologis, baik pada bakteri, tumbuhan, maupun organisme lainnya. Ilmu tersebut masih memiliki turunan, mulai dari genomics, metagenomics, transcriptomics, metatranscriptomics, proteomics, metaproteomics, dan metabolomics.
Di antara ilmu turunan tersebut, genomics atau studi terkait gen dan genom termasuk yang sedang populer. Studi populer lainnya adalah epigenomics cistromics yang terkait dengan DNA methylation, histone modifications, chromatin accessibility, transcription factor binding, serta 3D genome.
Kajian transcriptomics terkait dengan mRNAs, splicing, non-coding RNAs, serta RNA modifications. Proteomics menyangkut phosphoproteome, ubiquitylome, glycoproteome, serta additional modifications. Sedangkan metabolomics terkait dengan lipids, sugars, nucleotides, serta amino acids."
Secara umum, kata Joko, omiks dapat diaplikasikan ke empat bidang, mulai kesehatan, bioteknologi, pertanian, hingga ekologi. “Di bidang medis, omiks dipakai untuk menemukan biomarker dan obat,” tuturnya.
Untuk bidang bioteknologi, omiks membantu penemuan antibiotik baru, produksi bioenergi, biofuel, dan biokatalis baru. Omiks, kata Joko, juga dipakai untuk mengukur ketahanan tanaman terhadap serangan hama di bidang pertanian. "Sedangkan dalam bidang ekologi dan lingkungan, contohnya adalah metode remediasi yang tepat terhadap sebuah lingkungan.”
Pilihan Editor: Kualitas Udara Jakarta Masih Tidak Sehat Menurut IQAir, Tingkat Polusinya Meningkat