Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Anak yang Banyak Waktu di Depan Layar Lebih Sulit Kuasai Keterampilan Bahasa

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Seorang pemain tim esports Rogue Warriors berlatih untuk permainan
Seorang pemain tim esports Rogue Warriors berlatih untuk permainan "Arena of Valor" di klubnya di Shanghai, Cina 3 September 2021. Cina telah melarang anak di bawah 18 tahun bermain video game selama lebih dari tiga jam seminggu sebagai upaya untuk menghentikan kecanduan game. REUTERS/Aly Song
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kita hidup di dunia di mana layar telah menjadi hal yang biasa. Namun pernahkah kita membayangkan apa dampaknya terhadap hidup anak kita, khususnya dalam soal keterampilan berbahasa mereka?

Sekelompok ilmuwan berupaya menyelidiki hubungan antara waktu menonton layar dan keterampilan berbahasa anak-anak. Penelitian ini difokuskan pada lebih dari 400 keluarga di Estonia.

Para ahli melakukan survei terperinci tentang penggunaan layar oleh orang tua dan anak-anak mereka. Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi kemungkinan korelasi antara kemampuan berbahasa pada anak-anak dan penggunaan teknologi berbasis layar.

Analisis tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak, seperti pengamat yang diam, meniru kebiasaan orang tua mereka saat menonton layar.

Dampaknya, anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu terpaku pada layar mengalami kesulitan dengan keterampilan bahasa mereka dibandingkan dengan mereka yang lebih jarang menggunakan layar.

"Studi kami mengungkap bahwa pola penggunaan layar anak-anak mirip dengan pola orang tua mereka," kata Dr. Tiia Tulviste dari Universitas Tartu, yang memimpin studi tersebut, seperti dilansir Earth.com.

Di banyak masyarakat, perkembangan bahasa anak-anak berakar pada percakapan jujur dengan orang dewasa.

Diskusi-diskusi ini membuat mereka terpapar oleh harta karun kata-kata dan tata bahasa, sehingga mengembangkan kemampuan bahasa mereka. Namun, kebiasaan banyak melihat layar gadget membatasi momen-momen percakapan yang berharga ini.

Dalam survei yang dilakukan oleh Dr. Tulviste dan rekannya Dr. Jaan Tulviste, mereka menyelidiki kebiasaan layar di akhir pekan dari keluarga-keluarga yang dipilih.

Orang tua diminta untuk mengevaluasi kemampuan bahasa anak mereka melalui kuesioner. Penggunaan layar dibagi menjadi tiga kategori: tinggi, rendah, dan sedang.

Hasilnya, setelah dianalisis, mengkonfirmasi hubungan langsung antara kebiasaan layar orang tua dan anak-anak. Anak-anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu di depan layar menunjukkan kemampuan bahasa yang lebih baik.

Studi itu menemukan bahwa waktu di depan layar yang berlebihan tampaknya membayangi keterampilan bahasa, terlepas dari jenis konten yang dikonsumsi dari perangkat itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti mengakui bahwa meskipun beberapa permainan atau buku elektronik yang edukatif dan interaktif berpotensi membantu pembelajaran bahasa, namun bukti menunjukkan bahwa interaksi yang lebih personal dan tatap muka menjadi pendorong utama perkembangan bahasa di tahun-tahun awal perkembangan anak.

Tim juga menyelidiki dampak permainan video pada keterampilan bahasa. Hasilnya tidak menggembirakan. Waktu layar yang didedikasikan untuk permainan video tampaknya mengurangi keterampilan bahasa anak, terlepas dari apakah anak atau orang tuanya yang bermain game.

Tulviste mengatakan, dalam penelitian ini mereka mempelajari peserta hanya sekali dan tidak mengikuti lintasan perkembangan mereka dalam jangka waktu yang lebih lama. 

"Selain itu, data dikumpulkan sebelum pandemi Covid-19. Akan menarik untuk melihat temuan penelitian mendatang yang membahas perkembangan bahasa dan dampak penggunaan layar selama pandemi," kata Tulviste. 

Karena keluarga di seluruh dunia harus beradaptasi dengan gaya hidup baru yang intensif terhadap layar saat pandemi COVID-19, penting untuk menyelidiki bagaimana perubahan ini dapat mempengaruhi keterampilan bahasa pada anak-anak.

Sejak pandemi COVID-19, kelas tradisional sebagian besar telah beralih ke lingkungan digital. Pergeseran ke platform pembelajaran virtual ini memperkenalkan anak-anak pada ranah baru penggunaan layar, yang memperbesar peluang dan tantangan bagi perkembangan anak.

Sementara kelas daring memastikan kelangsungan pendidikan di tengah pembatasan, ketergantungan pada layar dapat menyebabkan berkurangnya interaksi interpersonal yang itu merupakan komponen penting untuk penguasaan bahasa.

Para pendidik mengamati bahwa siswa yang kesulitan dengan konsep bahasa mengalami kesulitan yang lebih tinggi dalam memahami sintaksis dan kosakata yang kompleks melalui platform virtual.

Muncul kebutuhan akan pendekatan yang seimbang, di mana para pendidik dan orang tua dapat bekerja sama untuk melengkapi pembelajaran berbasis layar dengan komunikasi tatap muka yang interaktif untuk memperkaya keterampilan bahasa anak-anak.

Pilihan Editor: Soal Perlindungan Aktivis Lingkungan, KLHK Akan Koordinasi dengan LPSK, Komnas HAM dan Polisi

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PON 2024: Para Atlet Layar Terpaksa Kembali Merapat ke Pantai Akibat Cuaca Buruk

3 hari lalu

Para atlet layar kelas putri dan internasional 470 campuran yang sedang melangsungkan pertandingan hari ketiga terpaksa harus kembali ke Pantai Gampong Jawa, Banda Aceh lantaran cuaca yang tidak mendukung, Senin (16/9/2024). ANTARA/Risky Syukur.
PON 2024: Para Atlet Layar Terpaksa Kembali Merapat ke Pantai Akibat Cuaca Buruk

Para atlet layar PON 2024 kelas putri dan internasional 470 campuran harus kembali ke Pantai Gampong Jawa, Banda Aceh. Ada korban meninggal.


Studi University of Georgia: Perasaan Bahagia Konsumen Pengaruhi Kebiasaan Belanja Daring

3 hari lalu

Ilustrasi belanja online menjelang Imlek/Tokopedia
Studi University of Georgia: Perasaan Bahagia Konsumen Pengaruhi Kebiasaan Belanja Daring

Hasil studi peneliti University of Georgia menyatakan, orang yang suasana hatinya baik cenderung lebih positif dalam pencarian produk.


Cara Menstimulasi Anak yang Belajar Bicara Menurut Dokter

7 hari lalu

Ilustrasi balita. Shutterstock
Cara Menstimulasi Anak yang Belajar Bicara Menurut Dokter

Dokte membagi tips buat anak yang sedang belajar bicara, seperti lewat kontak mata, penggunaan bahasa baku, serta menyanyi.


Studi: Tidur Lebih Banyak Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

12 hari lalu

Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Studi: Tidur Lebih Banyak Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Studi oleh peneliti di Cina menemukan bahwa tidur pengganti pada akhir pekan bisa mengurangi penyakit jantung sampai 20 persen.


Mirip Nama pada Manusia, Monyet Marmoset Punya Panggilan Berbeda untuk Setiap Anggota Keluarganya

19 hari lalu

Dua ekor Common Marmoset White Ears (Callithrix jacchus) menjadi penghuni baru Taman Safari  Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu  (21/1). ANTARA/Musyawir
Mirip Nama pada Manusia, Monyet Marmoset Punya Panggilan Berbeda untuk Setiap Anggota Keluarganya

Temuan itu menjadikan monyet marmoset primata non-manusia yang pertama diketahui memiliki panggilan unik kepada sesamanya.


Studi: Tidur Menyegarkan Otak, Memberi Ruang bagi Memori Baru

24 hari lalu

Ilustrasi tidur siang. Pexels/Ketut Subiyanto
Studi: Tidur Menyegarkan Otak, Memberi Ruang bagi Memori Baru

Peneliti dari Universitas Cornell, dalam studinya, menemukan bahwa tidur berperan penting dalam mengatur ulang memori.


IDAI Sebut Ajarkan Anak Bahasa Butuh Interaksi, Tak Cuma lewat Gawai

29 hari lalu

Ilustrasi anak belajar/Zenius
IDAI Sebut Ajarkan Anak Bahasa Butuh Interaksi, Tak Cuma lewat Gawai

Mengajarkan bahasa kepada anak sebaiknya dilakukan melalui interaksi langsung dengan orang tua dan penutur lain, bukan lewat gawai.


Pakar: Jangan Paksakan Anak Jika Sulit Belajar 2 Bahasa

29 hari lalu

Ilustrasi anak-anak belajar bahasa Inggris di dalam bus BigBird dalam program EF Mobile. (ANTARA/HO)
Pakar: Jangan Paksakan Anak Jika Sulit Belajar 2 Bahasa

Pakar mengatakan mengajarkan lebih dari satu bahasa berdasar kemampuan umumnya tidak menimbulkan masalah pada anak dengan tingkat kecerdasan normal.


Guru Besar FKUI Ungkap Manfaat Ajarkan Anak Lebih dari 1 Bahasa

29 hari lalu

Ilustrasi anak belajar bersama ibu. shutterstock.com
Guru Besar FKUI Ungkap Manfaat Ajarkan Anak Lebih dari 1 Bahasa

Pakar menjelaskan anak yang menguasai lebih dari satu bahasa biasanya lebih fleksibel dan kreatif serta memiliki kemampuan analisis yang lebih baik.


Studi: Penuaan Manusia Meningkat Drastis pada Usia 44 dan 60 Tahun

30 hari lalu

Ilustrasi pasangan lansia. Unsplash.com/Matthew Benner
Studi: Penuaan Manusia Meningkat Drastis pada Usia 44 dan 60 Tahun

Studi penuaan ini berfokus pada pelacakan usia biologis, yang merujuk pada perubahan yang terjadi dalam tubuh sepanjang hidup.