Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mirip Nama pada Manusia, Monyet Marmoset Punya Panggilan Berbeda untuk Setiap Anggota Keluarganya

image-gnews
Dua ekor Common Marmoset White Ears (Callithrix jacchus) menjadi penghuni baru Taman Safari  Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu  (21/1). ANTARA/Musyawir
Dua ekor Common Marmoset White Ears (Callithrix jacchus) menjadi penghuni baru Taman Safari Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (21/1). ANTARA/Musyawir
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMarmoset, spesies monyet endemik di hutan hujan Amazon di Amerika Selatan, menggunakan panggilan unik untuk setiap sesamanya yang ada dalam kelompok keluarga mereka. Seruan unik itu mirip panggilan nama di antara sesama manusia.

Temuan itu menjadikan marmoset primata non-manusia yang pertama diketahui memiliki panggilan unik kepada sesamanya. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi di antara marmoset lebih kompleks daripada yang diketahui sebelumnya. Dan, itu dipandang bisa membantu mempelajari lebih banyak tentang bagaimana bahasa manusia berevolusi.

“Hingga belakangan ini, orang-orang berpikir kalau bahasa manusia adalah sebuah fenomena tunggal yang muncul begitu saja," kata David Omer, peneliti mekanisme proses kognitif dari sistem saraf di Hebrew University of Jerusalem. Dia menambahkan, “Sekarang kita mulai melihat bukti kalau bukan begitu yang terjadi." 

Marmoset (Callithrix jacchus) hidup dalam kelompok-kelompok keluarga monogami yang saling terikat cukup kuat. Satwa primata mungil ini menghabiskan hidup mereka di bawah kanopi hutan hujan yang rapat. Mereka menggunakan nada suara yang terdengar tinggi dan riang yang menembus rerimbunan pepohonan di habitatnya untuk mengantar informasi kepada satu sama lain, seperti lokasi keberadaan. 

Omer dan timnya menganalisis bagaimana panggilan-panggilan melengking ini juga membantu monyet-monyet tersebut memetakan lingkaran sosial mereka di dalam otak. Dalam laboratorium, mereka mencatat pertukaran suara tinggi atau 'phee call' itu di antara pasangan marmoset yang dipisahkan oleh sebuah layar. 

Di laboratorium itu mereka memasangkan 10 marmoset dari tiga keluarga berbeda dalam kombinasi acak. Lalu, menggunakan kecerdasan buatan (AI), mengurai lebih dari 50 ribu seruan yang ada ke dalam beberapa kategori menurut perbedaan akustik yang halus. Belakangan, diobservasi pula bagaimana tiga dari kawanan marmoset itu bereaksi terhadap rekaman 'phee call' dari laboratorium baik yang diarahkan kepada mereka maupun kepada individu yang lain. 

Omer dkk menemukan kalau marmoset-marmoset itu membuat 16 jenis penyesuaian akustik yang halus ke 'phee call' mereka berdasarkan komunikasi kepada individu yang mana, yang mengkodekan informasi spesifik tentang siapa yang dituju. 

Para peneliti juga menyebar modulasi-modulasi spesifik lewat setiap seruan itu--dalam bahasa manusia, ini akan seperti me-mention nama teman lewat sebuah kalimat. Para marmoset, di akhir penerimaan seruan-seruan itu, merespons jauh lebih cepat dan percaya diri kepada yang diarahkan ke mereka daripada ke yang lain. "Itu artinya mereka memahami kalau mereka dipanggil," kata Omer. 

Analisis awal ini membawa dugaan kalau setiap anggota keluarga marmoset menggunakan label-label identifikasi yang serupa untuk sesama jenisnya seakan itu adalah identitas untuk mereka, seperti nama, dan tidak sekadar mengidentifikasi informasi yang umum. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Jika bangsa marmoset benar-benar menggunakan nama unik di setiap individunya, mereka pasti telah belajar bagaimana membuat karakteristik akustik spesifik yang dibutuhkan oleh sebuah nama," kata Daniel Yasumasa Takahashi dari Federal University of Rio Grande do Norte, Brasil. Termasuk, kata peneliti ethogenesis ini, marmoset memiliki sistem vokal yang lebih lentur daripada yang diperkirakan sebelumnya. 

Tapi, untuk benar-benar menunjukkan bahwa marmoset mempelajari nama atau identifikasi unik dari satu sama lain, para peneliti akan tetap perlu menemukan bahwa para marmoset tidak tahu semua ini sebelum bergabung ke dalam sebuah kelompok sosial, dan bahwa mereka mempelajarinya dengan mendengarkan dialog di antara monyet lain lalu menirukannya. 

Temuan-temuan ini juga memunculkan pertanyaan apakah marmoset dapat melabeli obyek lain secara vokal pula--dan karena penamaan orang-orang, tempat, dan obyek-obyek adalah sifat dasar dari bahasa. 

Studi yang terus berkembang menduga kalau beragam satwa lain mungkin memanggil satu sama lain dengan namanya, termasuk sebagian kecil spesies burung paruh bengkok, gajah Afrika, dan mungkin kelelawar buah. "Dugaan panggil nama telah muncul secara independen dalam pohon kehidupan, dan kemungkinan ada tekanan seleksi sosial yang sama dalam ekologi atau kumpulan dari hewan-hewan yang menyebabkan nama berevolusi," kata Michael Pardo dari Colorado State University, AS.

Penelitian Pardo sebelumnya menemukan bahwa lumba-lumba hidung botol umumnya memiliki panggilan yang mirip nama. "Banyak hewan jauh lebih kompleks secara kognitif dan mempunyai kehidupan sosial lebih kaya daripada yang telah dikenali selama ini," kata peneliti bidang biologi konservasi, habitat, dan perikanan ini.

Hasil penelitian Omer dkk telah dipublikasi dalam jurnal Science yang terbit 29 Agustus 2024. Laporannya berjudul 'Vocal labeling of others by nonhuman primates'.

NEW SCIENTIST

Pilihan Editor: Catatan Hujan Lebat Sepekan Terakhir di Indonesia dan Prediksi Sepekan ke Depan dari BMKG

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

1 hari lalu

Longsor tembok penahan tanah di perumahan Bukit Cibogo Living, di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin 7 Oktober 2024. (Dok.BPBD Jabar)
Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

Longsor terjadi karena penanganan lereng yang kurang sesuai dengan standar.


Peneliti PSHK Dorong Revisi UU Kementerian Atur Kualifikasi Jabatan Menteri

1 hari lalu

Menteri PANRB Azwar Anas menyampaikan pandangan akhir atas RUU Kementerian Negara dalam Rapat Paripurna ke-7 Masa Persidangan I tahun 2024-2025 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 19 September 2024. Rapat Paripurna mengesahkan RUU APBN tahun Anggaran 2025, mengesahkan RUU perubahan atas Undang-Undang nomor 19 tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden, mengesahkan RUU perubahan atas Undang-Undang nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara, mengesahkan peraturan DPR RI tentang pemberian penghargaan kepada Anggota DPR RI pada akhir masa keanggotaan, dll. TEMPO/M Taufan Rengganis
Peneliti PSHK Dorong Revisi UU Kementerian Atur Kualifikasi Jabatan Menteri

UU Kementerian Negara belum memuat ketentuan soal kualifikasi seorang menteri dan larangan rangkap jabatan.


Dua Guru Besar FKM Unair Masuk Top 2 Persen Peneliti Dunia

2 hari lalu

Dua guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair masuk dalam jajaran Top 2 Persen Peneliti Dunia menurut Stanford University dan Elsevier, yakni Dekan FKM Unair Prof. Santi Martini dan Prof. Ratna Dwi Wulandari. (Dok. Humas Unair)
Dua Guru Besar FKM Unair Masuk Top 2 Persen Peneliti Dunia

Kedua guru besar FKM Unair tersebut memiliki ketertarikan pada bidang penelitian yang berbeda.


Peneliti BRIN Kembangkan Aplikasi Prediksi Longsor Memanfaatkan Data USGS

9 hari lalu

Lokasi tanah longsor di Kabupaten Solok. Humas BNPB
Peneliti BRIN Kembangkan Aplikasi Prediksi Longsor Memanfaatkan Data USGS

Model dinilai cukup baik dalam memprediksi kestabilan lereng akibat hujan secara spasial untuk area rawan longsor.


Peneliti BRIN Kembangkan Riset Lidah Buaya untuk Mencegah Stunting

10 hari lalu

Tanaman Aloe Vera atau Lidah Buaya. Pixabay.com/Devanath
Peneliti BRIN Kembangkan Riset Lidah Buaya untuk Mencegah Stunting

Penelitian menunjukkan tanaman lidah buaya memiliki kandungan senyawa aktif, asam amino esensial, asam lemak tak jenuh, vitamin, dan mineral.


Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

13 hari lalu

Warga melihat Kapal Pinisi yang ditarik ke laut saat prosesi peluncuran perahu (annyorong lopi) di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 11 Desember 2023. Pemerintah Kota Makassar meresmikan dua unit Kapal Pinisi yang dibuat dengan anggaran Rp7,99 miliar sebagai media atraksi wisata dan budaya serta edukasi sejarah dan menjadi salah satu program prioritas pemerintah setempat dalam memajukan sektor pariwisata di daerah itu. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

Kapal pinisi asli secara historis digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar untuk perdagangan antarpulau dan telah mengalami transformasi.


BRIN Teliti Tata Kelola PLTA dalam Menghadapi Isu Sosial Ekologis di Indonesia

16 hari lalu

Diskusi BRIN dengan Amy Falon dari Universitas Charles Sturt Australia perihal PLTA di Indonesia. Dok. Humas BRIN
BRIN Teliti Tata Kelola PLTA dalam Menghadapi Isu Sosial Ekologis di Indonesia

Keberadaan PLTA menimbulkan isu-isu tradisional, seperti permasalahan sosial, politik, dan ekologi lingkungan.


2 Persen Saintis Teratas Dunia 2024: UI Tempatkan 13 Orang, Terbanyak dari FMIPA

17 hari lalu

Ilustrasi Kampus Universitas Indonesia 2022. (DOK. HUMAS UI)
2 Persen Saintis Teratas Dunia 2024: UI Tempatkan 13 Orang, Terbanyak dari FMIPA

Universitas Indonesia (UI) menempatkan 13 penelitinya dalam daftar 2 persen Ilmuwan Teratas Dunia 2024 versi Stanford University.


Studi: Anak yang Banyak Waktu di Depan Layar Lebih Sulit Kuasai Keterampilan Bahasa

23 hari lalu

Seorang pemain tim esports Rogue Warriors berlatih untuk permainan
Studi: Anak yang Banyak Waktu di Depan Layar Lebih Sulit Kuasai Keterampilan Bahasa

Peneliti Universitas Tartu melakukan studi bahwa anak yang banyak waktu di depan layar lebih sulit dalam keterampilan berbahasa.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

28 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.